Berita Kudus
Mengintip Penjamasan Pusaka Sunan Kudus di Masa Pandemi, Ada Keris Luk Sembilan Kiai Cinthaka
Mengintip Penjamasan Pusaka Sunan Kudus di Masa Pandemi, Ada Keris Luk Sembilan Kiai Cinthaka
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Tiap tahun, pusaka-pusaka peninggalan Sunan Kudus dijamas, tak terkecuali pada masa pandemi Covid-19 ini.
Keris Kiai Cinthaka, pusaka peninggalan Sunan Kudus atau Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan dijamas di kompleks Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (6/8/2020).
Tradisi budaya yang rutin digelar setiap tahunnya oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) itu dikemas berbeda karena pandemi Covid-19.
• Berhati Mulia, Tukang Ojek di Kudus Ini Sediakan Layanan Wifi Gratis bagi Siswa Yatim Piatu
• Viral Video Anaka Teriaki Ayah Kandungnya Maling!, Gara-gara Warisan, Berikut Faktanya
• Susunan Batu Kuno Ditemukan di Gunung Sipandu Dieng, Diduga Tangga Purbakala
• Belajar Tatap Muka di Sekolah Zona Hijau Covid-19, Nadiem: Harus Dihentikan Bila Situasi Memburuk
Ritual penjamasan benda warisan tokoh penyebar agama Islam yang menjunjung tinggi toleransi tersebut dilaksanakan setiap Senin atau Kamis pada pekan pertama setelah hari Tasrikh.
Untuk tahun ini jatuh pada Kamis, 16 Dzulhijjah 1441 hijriah bertepatan dengan 6 Agustus 2020.
Kegiatan dipusatkan di sebelah utara pendapa tajug Menara Kudus, depan pintu masuk kompleks makam Sunan Kudus.
Bagi sejumlah tamu undangan diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak fisik (physical distancing).
Jamasan
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Muhammad Nadjib Hassan, menyampaikan, "jamas" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti mencuci (pusaka).
Penjamasan dilakukan untuk melestarikan, merawat dan menjaga keaslian pusaka yang berumur ratusan tahun agar tidak berkarat.
"Penjamasan juga berfungsi untuk lebih menampakkan pamor pusaka supaya lebih bersinar dan terjaga dari kerusakan," kata Nadjib.
Ritual penjamasan yang dimulai pada pagi sekitar 07.00 WIB, diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus.
Selanjutnya dengan diiringi bacaan shalawat, petugas berjalan pelan mengambil keris Kiai Cinthaka yang diletakkan di bagian atas pendapa tajuk.
Keris berkelok sembilan yang disemayamkan di sebuah kotak kayu tersebut lantas diturunkan secara hati-hati.
Keris bertuah itu kemudian dicelupkan hingga disiram "banyu landa" atau air rendaman merang ketan hitam hingga tiga kali.