Pemerintah Dikabarkan Ingin Beli 15 Jet Tempur Eurofughter Typhoon
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dikabarkan akan membeli 15 jet tempur Eurofughter Typhoon dari Austria.
TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dikabarkan akan membeli 15 jet tempur Eurofughter Typhoon dari Austria.
Kabar tersebut santer setelah surat dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto kepada Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner beredar di media sosial.
Dikutip dari diepresse.com via defenseworld.net, Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner disebut telah menerima surat bertanggal 10 Juli 2020 dari Prabowo yang berminat mengakuisisi 15 Eurofighter.
"Untuk mencapai target saya dalam memodernisasi Angkatan Udara Indonesia, saya mengusulkan untuk mengadakan perundingan resmi dengan Anda, Yang Mulia, untuk membeli semua 15 Topan Eurofighter dari Austria untuk Angkatan Udara Republik Indonesia," kata Prabowo dikutip dari defenseworld.net, Selasa (21/7/2020).
Meski begitu, hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Indonesia atau Austria terkait hal tersebut.
Austria juga disebut membeli 15 jet Eurofighter Typhoon berkemampuan tempur standard untuk fungsi pertahanan tersebut pada 2002 seharga hampir € 2,3 miliar.
Konsorsium Eurofighter kemudian menawarkan peningkatan kemampuan pesawat tempur tersebut ke tahap 2 dan 3 untuk meningkatkan kemampuan serangan darat pesawat tersebut.
Pada bulan Februari 2017, Menteri Pertahanan Austria Hans Peter Doskozil menggugat Airbus dan konsorsium Eurofighter karena diduga sengaja menyesatkan pemerintah Austria tentang harga pembelian, waktu pengiriman, dan peralatan teknis dari 18 jet pada kontrak 2003.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia juga disebut telah mempelajari pembelian sejumlah pesawat tempur antara lain Su-35 dari Rusia, pesawat tempur F-35 dan F-16 Amerika, dan jet Rafale Prancis.
Pada 6 Juli, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga disebut menyetujui kemungkinan penjualan delapan unit MV-22 Block C Osprey dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya $ 2 miliar ke Indonesia. (*)