Teror Virus Corona

Per Vaksin Covid-19 Seharga Rp75.000, Butuh 26,4 Triliun Rupiah Produksi Massal Antivirus Corona

Per Vaksin Covid-19 Seharga Rp75.000, Butuh 26,4 Triliun Rupiah Produksi Massal Antivirus Corona

dok.ist/via tribun padang
Ilustrasi vaksin virus corona (Covid-19) - Kemenristek/BRIN menyebut butu 26,4 triliun rupiah untuk produksi massal vaksin antivirus corona. Hal ini berdasarkan harga per vaksin yang mencapai Rp75.000 dikali dengan jumlah orang yang butuh untuk divaksin. 

Jika harga vaksinnya 5 Dollar AS atau Rp75.000, maka paling tidak dibutuhkan Rp26,4 triliun untuk produksi massal. perkiraan biaya ini dihitung dengan rumus viro yang digunakan untuk menghitung berapa orang yang perlu divaksin.

TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA -  BUMN PT Kalbe Farma Tbk bekerjasama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Genexine Inc, mengembangkan vaksin Covid-19.

Pengembangan vaksin antivirus corona ini sedang memasuuki uji klinis.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi Ali Ghufron Mukti memperkirakan, butuh biaya besar untuk memproduksi massal vaksin virus corona agar mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Ghufron menaksir harga vaksin per orang adalah sebesar 5 Dolar AS atau Rp75.000.

"Jika harga vaksinnya 5 Dollar AS atau Rp75.000, maka paling tidak kita membutuhkan Rp26,4 triliun," ujar Ghufron dalam konferensi pers dari Kantor Presiden, Kamis (2/7/2020), seperti disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden.

WHO Kecil Kemungkinan Vaksin Virus Corona Tersedia Sebelum Akhir Tahun 2021

Vaksin Anti Virus Corona Akan Diuji di Indonesia Bulan Depan

Jahe Merah dan Minyak Kelapa Murni untuk Atasi Covid-19, Kemenristek/BRIN: Sedang Uji Klinis

Mengenal Deksametason Obat Pasar yang Diklaim Efektif Sembuhkan Covid-19, Bagaimana Penggunaannya?

Ghufron menyebut, perkiraan biaya ini dihitung dengan rumus viro yang digunakan untuk menghitung berapa orang yang perlu divaksin.

Berdasarkan formula tersebut, dibuat perhitungan bahwa satu orang dapat menularkan virus ke tiga orang lainnya.

Lalu dilakukan perhitungan 2/3 dikalikan 260 juta jumlah penduduk Indonesia.

Hasilnya adalah 176 juta unit vaksin yang harus diproduksi massal.

Namun, jika satu orang harus divaksin dua kali, maka perlu 352 juta unit vaksin.

"Biaya tentu saja besar dan butuh banyak usaha dari semua pihak, peneliti, akademisi, serta investor," ujar dia.

Ghufron menambahkan, proses pemberian vaksin juga tidak bisa dilakukan sekaligus.

Butuh waktu untuk melakukan vaksin terhadap penduduk yang membutuhkan.

"Setidaknya kita perlu satu tahun untuk memvaksinasi semua orang itu," kata dia.

Adapun, vaksin Covid-19 yang dikembangkan pemerintah Indonesia saat ini masih memasuki tahap uji klinis.

Vaksin dikembangkan BUMN PT Kalbe Farma Tbk bekerjasama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Genexine Inc.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya menyebut, proses uji klinis fase pertama sudah dimulai pada bulan Juni 2020 di Korea Selatan.

Sedangkan uji klinis fase kedua rencananya digelar di Indonesia pada Agustus mendatang.

Mahalnya Biaya Perawatan Pasien Covid-19 Capai Rp290 Juta Per Orang, Masih Remehkan Corona?

Uji klinis suplemen anti-Covid-19

Terpisah, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah melakukan riset guna menemukan suplemen dan juga obat yang dapat mengatasi Covid-19.

Kemenristek/BRIN sedang melakukan uji klinis, terhadap jahe merah dan minyak kelapa murni, juga jambu biji, sebagai suplemen yang efektif guna meningkatkan daya tahan tubuh dari paparan virus corona.

"Kita sudah melakukan baik sistematic review, kemudian studi bioinformatika dan saat ini sedang melakukan uji klinis, terutama di Rumah Sakit Wisma Atlet, untuk bahan-bahan seperti jahe merah, jambu biji dan kemudian juga virgin coconut oil (minyak kelapa murni)," kata Menristek Bambang PS Brodjonegoro dalam keterangan resmi, yang diterima TribunBanyumas.com, Minggu (3/5).

Ia mengatakan kementeriannya berharap mereka dapat mendayagunakan suplemen yang sudah ada yang mengandung bahan-bahan tersebut sehingga diharapkan cocok untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mengatasi penyakit Covid-19.

"Paling tidak (dapat) meningkatkan daya tahan terhadap Covid-19 ataupun kemudian menghasilkan suplemen baru yang diharapkan bisa menumbuhkan daya tahan tubuh dari paparan virus corona," katanya.

Sementara itu, untuk obat yang diharapkan dapat mengatasi penyakit Covid-19, Menristek mengatakan, kementeriannya sedang melakukan uji klinis terhadap berbagai macam obat yang direkomendasikan dari luar negeri, baik avigan, chloroquine dan tamiflu, selain juga obat pil kina yang sedang dikembangkan di Indonesia.

"Pil kina (ini) sedang kita uji sebagai salah satu alternatif obat yang barangkali bisa meringankan beban penderita Covid-19," ujarnya.

Selain itu, Kemenristek juga sedang melakukan riset terhadap convalescent plasma sebagai terapi untuk pasien Covid-19.

"Di mana plasma dari pasien yang sudah sembuh itu kemudian dicoba diberikan sebagai terapi untuk pasien Covid-19 yang sedang dalam kondisi berat," katanya.

Penelitian yang sudah mulai dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto terhadap convalescent plasma tersebut, kata Bambang, menunjukkan hasil yang cukup melegakan, meski masih memerlukan riset dalam skala besar. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kemenristek: Butuh Rp 26,4 Triliun Produksi Massal Vaksin Corona

Ini Daftar Obat Berbasis Deksametason di Indonesia, Diklaim Efektif Selamatkan Pasien Covid-19

Raja Jogja Tak Izinkan Siswa Kembali Belajar di Sekolah, Sri Sultan HB X: Saya Belum Berani

Begini Syarat Penerapan New Normal Menurut WHO dan Bappenas, Daerah Mana Sudah Siap?

Oknum Paspampres Tersangka Kasus Tewasnya Anggota TNI AD Serda Saputra, Puspom Sita Pistol dan Badik

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved