Berita Jateng
Selama Pandemi Corona, Kasus Kekerasan Seksual Berbasis Online di Jateng Meningkat
Selama Pandemi Corona, Kasus Kekerasan Seksual Berbasis Online di Jateng Meningkat
"Sebelum pandemi (Covid-19) belum ada aduan soal kekerasan seksual berbasis online. Kebanyakan modus kekerasan seksual berbasis online dilakukan oleh pacar korban, karena korban ingin mengakhiri hubungan."
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Berdasarkan data aduan dari Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Kota Semarang sejak Januari dan Februari 2020 tidak ada aduan terkait kasus kekerasan seksual berbasis online.
Namun, selama pandemi corona berlangsung, angka kasus kekerasan di Jawa Tengah (Jateng) terhadap perempuan terus mengalami peningkatan.
Utamanya kasus kekerasan berbasis online.
Tercatat, selama pandemi Covid-19 yakni Maret hingga Juni 2020 tercatat sebanyak 5 aduan kasus kekerasan seksual berbasis online.
• Seloroh Jenderal Idham Aziz: Saya Agak-agak Goblok, Biarpun Saya Goblok Saja Jadi Kapolri . . .
• Pesawat Garuda Tergelincir saat Hendak Lepas Landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar
• Skenario Polisi Gadungan Peras Istri WN Jerman Rp150 Juta Gagal, Gara-gara Korban Tanyakan Ini
• Artis Dangdut Ayu Vaganza Ditahan Polres Kudus Terkait Kasus Narkoba, Kasubag Humas: Itu Siapa?
Divisi Bantuan Hukum LRC-KJHAM Semarang, Lenny Ristiyani menyebut, sejak Maret hingga Juni 2020 tercatat sebanyak 29 kasus kekerasan terhadap perempuan.
11 di antaranya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan 18 kasus kekerasan seksual.
Sementara, dari 18 kasus kekerasan seksual, 5 di antaranya kekerasan seksual berbasis online.
"Sebelum pandemi (Covid-19) belum ada aduan soal kekerasan seksual berbasis online."
"Kebanyakan modus kekerasan seksual berbasis online dilakukan oleh pacar korban, karena korban ingin mengakhiri hubungan," jelas Lenny saat dihubungi, Rabu (1/7/2020).
Menurutnya, kasus kekerasan perempuan berpotensi meningkat selepas pandemi Covid-19.
"Kalau dilihat situasinya seperti fenomena gunung es. Jadi berpotensi terus meningkat itu setelah pandemi Covid-19 selesai."
"Yang terlihat meningkat justru kekerasan seksual berbasis online," tandasnya.
Lenny membeberkan kekerasan perempuan tersebut dialami oleh pelajar, mahasiswa, karyawan, sales, ibu rumah tangga, guru dan tidak bekerja.
"Dari jumlah aduan kekerasan yang kami terima ada sebanyak 11 mahasiswa dan pelajar, enam karyawan, empat tidak bekerja, tiga ibu rumah tangga, satu sales, dan sisanya guru," ujarnya.
Pengaduan kasus kekerasan perempuan itu, kata dia tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah.
"Selama pandemi ini pengaduan didominasi dari Semarang," ungkapnya.