Berita Internasional
Hadiah Rp 142 Miliar Disiapkan, Bagi Pemburu dan Penangkap Pemimpin Baru ISIS
Amir Mohammed Abdul Rahman al-Mawli diidentifikasi sebagai "khalifah" pengganti Abu Bakar al-Baghdadi yang tewas pada Oktober 2019.
TRIBUNBANYUMAS.COM, WASHINGTON DC - Hadiah uang tunai hingga 10 juta Dollar atau setara sekira Rp 142 miliar disiapkan pihak Amerika Serikat.
Hadiah itu diberikan untuk siapapun yang bisa memburu dan menangkap pemimpin ISIS yang baru.
Amir Mohammed Abdul Rahman al-Mawli diidentifikasi sebagai "khalifah" pengganti Abu Bakar al-Baghdadi yang tewas pada Oktober 2019.
• Asli atau Palsu? Begini Cara Mudah Mengecek Keaslian STNK Saat Beli Kendaraan Bekas
• Tinggal Empat Pasien Positif Covid-19 di Banjarnegara, Satu Warga Batur Sembuh dan Sudah Pulang
• Bendera PDIP Dibakar Peserta Aksi Demo di Jakarta, Ganjar Pranowo: Kader Jangan Sampai Terprovokasi
• Kapolsek di Rembang Meninggal Karena Terpapar Covid-19, Kapolda Jateng: Dia Punya Sakit Bawaan
Sebelum dia dinyatakan sebagai pemimpin baru ISIS, AS sudah menawarkan uang 5 juta dollar AS (Rp 71 miliar) untuk menangkapnya.
Setelah dia ditetapkan sebagai pengganti Baghdadi, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menggandakan hadiah uang menjadi 10 juta dollar AS.
Lahir pada 1976, al-Mawli merupakan cendekiawan yang mendukung persekusi terhadap minoritas Yazidi, dimana PBB mengecamnya sebagai genosida.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (25/6/2020), kelompok teroris itu membunuh ribuan Yazidi karena menerapkan agama kuno yang disebut dengan Yazidisme.
Ribuan perempuan lainnya kemudian diculik dan dipaksa menjadi budak, maupun budak seks, oleh kelompok yang dinyatakan kalah pada Maret 2019 itu.
Al-Mawli lahir di Mosul, irak, dan berasal dari keluarga Turki.
Membuatnya menjadi segelintir orang non-Arab yang bisa menjadi petinggi ISIS.
Di bawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, kelompok tersebut sempat mendeklarasikan "kekhalifahan" pada 2014.
Lalu menguasai sebagian Irak dan Suriah.
Benteng kelompok itu dirobohkan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), aliansi Kurdi dan Arab, yang mendapat sokongan dari AS.
Meski secara teritori dinyatakan kalah, simpatisan kelompok itu masih melancarkan serangan mematikan di seluruh dunia.
Utamanya di wilayah Afghanistan dan Afrika Barat. (*)