Berita Regional
Stok Kondom Menipis, BKKBN Khawatir Angka Kehamilan Meningkat Tajam saat Pandemi Corona
Stok Kondom Menipis, Angka Kehamilan saat Pandemi Corona Dikhawatirkan Meningkat, BKKBN Kaltim datangkan 6.000 lusin kondom dari gorontalo
Masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di berbagai negara termasuk Indonesia ternyata juga berimbas pada menurunnya penggunaan alat kontrasepsi di kalangan pasangan suami-istri yang ada di masyarakat.
Hal ini bisa terjadi karena para pengguna alat kontrasepsi yang kesulitan mendapatkan pelayanan atau akses perawatan berkelanjutan alat kontrasepsi yang biasa mereka gunakan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) Hasto Wardoyo, Jumat (8/5/2020) malam.
"BKKBN mencatat penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan hal-hal itu kan wajar karena stay at home."
"Mereka juga tidak datang karena physical distancing, kemudian klinik-klinik juga banyak yang tutup, karena memang dia ada yang tidak bersiap di masa pandemi ini, kemudian dia takut melayani," ujar Hasto kepada Kompas.com.
Penggunaan alat kontrasepsi menurun Selain dari penyedia layanan yang sulit, masyarakat juga banyak yang takut untuk mendatangi atau berurusan dengan tempat-tempat layanan kesehatan, khawatir tertular virus yang tidak diinginkan.
• Wali Kota Solo Kritik Jokowi Soal Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan, Rudy: Harus Bayar yang Mana?
Sehingga, pengguna alat-alat kontrasepsi yang mengurus keberlanjutan penggunaan, baik dengan pil, suntik, susuk, IUD, dan alat kontrasepsi lainnya menjadi menurun.
"Mudah-mudahan mereka ini di rumah tidak berhubungan suami-istri, mudah-mudahan. Tapi kan namanya stay at home, risiko ketemu istri itu kan tinggi," sebut Hasto.
Mantan Bupati Kulonprogo, DIY itu menyebut, jika terjadi lonjakan frekuensi kegiatan seksual suami-istri di masa pandemi adalah hal yang wajar dan manusiawi.
Namun, hal itu harus tetap dijaga, agar tidak terjadi lonjakan angka kehamilan.
Estimasi penurunan dan dampaknya Hasto mengestimasi saat pandemi ini terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi hingga 10 persen.
Sementara jumlah pengguna kontrasepsi di seluruh Indonesia ada di kisaran angka 28 juta orang.
"Kalau sekarang yang KB pakai alat kontrasepsi itu 28 juta pasangan, kalau menurun 10 persen saja itu berarti ada 2,8 juta yang biasanya pakai sekarang tidak pakai," kata dia.
"Kemudian 2,8 juta itu, yang hamil kan 15 persen (berdasarkan rumus yang dipakai), sekitar 420 orang."
"Itu sangat signifikan, karena di Indonesia jumlah persalinan kan setahun 4,8 juta rata-rata. Kalau naik 420 ribu saja selama 3 bulan, kan sudah lumayan," lanjutnya.
Dampak Panjang Peningkatan Kehamilan
Peningkatan angka kehamilan itu memiliki dampak yang panjang, mulai dari membengkaknya biaya yang dikeluarkan oleh negara (biaya persalinan ditanggung BPJS), hingga meningkatnya potensi kematian ibu dan bayi.