Berita Cilacap

Ribuan Lalat Serbu Rumah Warga RW 10 Cimanggu Cilacap, Tatang: Sehari Bisa Beli Delapan Lem

Tatang (39) tak menyangka peternakan ayam yang berada persis di samping rumahnya berimbas ribuan lalat masuk ke rumahnya.

TRIBUN BANYUMAS/MUHAMMAD YUNAN SETIAWAN
Warga menunjukkan ribuan lalat yang terjebak pada lem yang dipasang di tiap harinya, Jumat (1/5/2020). Ribuan lalat itu serbu rumah warga di RW 10 Cimanggu, Kabupaten Cilacap. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Tatang (39) tak menyangka peternakan ayam yang berada persis di samping rumahnya berimbas ribuan lalat masuk ke rumahnya.

Warga Desa Cimanggu RW 10 itu hampir setiap hari merogoh kocek untuk membeli lem lalat.

Dalam sehari, kata Tatang, bisa menghabiskan delapan lem lalat.

Delapan lem itu akan dipasang di beberapa titik di rumahnya.

Awalnya, harga satu lem Rp 1.000, tetapi sekarang naik menjadi Rp 2.000.

BLT Dana Desa Paling Lambat Awal Mei Sudah Cair, Bupati Kendal: Coret Jika Dapat Dobel Bantuan

Kisah Korban PHK Kabupaten Semarang, Armi Pusing Cari Rp 400 Ribu, Bayar Sewa Rusunawa Gedanganak

Pemudik Asal Rawalo Banyumas Murni Imported Covid-19, Pedagang Pakaian di Jakarta

KABAR BAIK Kota Salatiga, Enam Pasien Positif Corona Sudah Sembuh

"Kesal tiap hari beli lem terus. Daripada beli lem, mending uang saya buat jajan anak saya," kata Tatang kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (1/5/2020).

Tatang pun menunjukkan sekerumunan lalat yang bersarang di rumahnya.

Lalat itu berkumpul di beberapa titik.

Apabila ada orang yang mengusik lalat tersebut, maka akan terlihat jelas ribuan lalat itu berterbangan.

Tatang menambahkan, usaha peternakan ayam petelur itu milik Widodo yang sekarang tinggal di Purwokerto.

Sedangkan penghuni rumah yang digunakan usaha peternak ayam itu ditempati oleh ibunya Widodo.

Jarak rumah Tatang dengan tempat kandang yang berisi ribuan ayam itu hanya terpisah satu tembok.

Makanya selain serbuan lalat, Tatang juga merasakan bau limbah kotoran ayam.

"Awal April 2020 sangat parah. Makanan di rumah kalau tidak ditutupi langsung dikerubung lalat," tambahnya.

Tidak hanya rumah Tatang, semua tetangga yang bersebelahan dengannya juga diserbu lalat.

Amirudin (69) tetangga sebelah rumah Tatang, sudah tidak betah lagi dengan kerumunan lalat di sekitar rumahnya.

Pasalnya keberadaan lalat itu tidak hanya sehari, tetapi berbulan-bulan.

Kesal dengan adanya ribuan lalat yang mengerubungi rumah warga, warga RW 10 meminta pemilik peternak ayamnya menutup usahanya.

Karena usahanya telah menganggu kenyamanan warga.

Menurut Amirudin, warga RW 10 telah musyawarah dengan pemilik kandang peternakan ayam itu di Kantor Kepala Desa Cimanggu pada 17 Desember 2018.

Hasil pertemuan itu pun dibuat berita acara.

Berita acara itu berisi kesepakatan peternakan ayamm itu ditutup dengan batas waktu tiga sampai lima bulan sejak 17 Desember 2019 hingga 17 April 2020.

Saya Harus Usaha Sendiri; Ucapan Ibu Tiga Anak Ini Bersikukuh Tolak Sembako dari Kemensos

Hardiknas Nonton TVRI, Berikut Jadwal Belajar dari Rumah, Sabtu 2 Mei 2020

Kelanjutan Liga Inggris Masih Menggantung, Kelanjutannya Kini Tergantung Bundesliga

KABAR GEMBIRA, Pelanggan 1.300 VA Nonsubsidi Dapat Diskon Tarif Listrik, Simak Syarat dan Caranya

Ngadu ke Pemkab Cilacap

Ketua RW 10, Dusun Nambo, Desa Cimanggu, Triyono sudah mengadukan keluhan warga kepada pihak Pemkab Cilacap.

Warga meminta pemerintah turun tangan untuk mengatasi keberadaaan usaha peternakan ayam petelur yang berada di dekat permukiman warga.

Pasalnya, usaha itu dalam jumlah besar, sehingga terdapat ribuan ekor ayam di peternakan tersebut.

Usaha peternakan ayam milik Widodo itu diprotes warga sekitar setelah terbukti memberi bau tidak sedap dan membuat rumah warga sekitar diserbu ribuan lalat.

Triyono menjelaskan, setelah kesepakatan yang dihasilkan di musyawarah di Balai Desa Cimanggu pada 17 Desember 2018 tidak ditepati si pemilik usaha.

Warga menggelar musyawarah lagi di balai desa pada 7 April 2020.

"Tapi saat itu Widodo diwakili sama pengacaranya," kata Triyono kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (1/5/2020).

Lalu setelah tidak ada kesepakatan dihasilkan pada pertemuan itu, tutur Triyono, warga akhirnya mengadukan masalah tersebut ke Polsek Cimanggu.

Lalu ke pihak kecamatan, Danramil, Dinas Lingkungan Hidup Cilacap, DPRD Cilacap, Satpol PP Cilacap, dan Bupati Cilacap.

Triyono menuturkan dalam menyampaikan aduan itu, warga diwakili oleh Taswo.

Ditemui Tribunbanyumas.com, Taswo menerangkan, setelah pihaknya menyampaikan aduan ke beberapa instansi Pemkab Cilacap

"Pada 15 April 2020 Satpol PP datang meninjau lokasi. Lalu, pada 17 April 2020 ada SP 1 dari Satpol PP dan 27 April sudah SP 3, tapi sampai sekarang belum ada kepastian," kata Taswo.

Dia berharap ada ketegasan dari pemerintah sehingga warga merasakan nyaman lagi tinggal di rumah.

"Namun sampai sekarang belum ditutup. Kurang sabar apa kami," ucap Amirudin. (Muhammad Yunan Setiawan)

Semarang Kota Terbanyak PHK, Total Capai 13.163 Orang di Jateng

Pulang dari Taiwan, Ibu dan Anak Ini Minta Dikarantina di GOR Tegal Selatan, Jumadi: Patut Dicontoh

Liga Inggris Siap Bergulir Lagi? Altitude Mask Kebanjiran Pesanan Masker

Anak Punk Setubuhi Gadis Bawah Umur, Kapolres Kebumen: Kenal Pelaku Melalui Facebook

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved