Berita Viral
Postingan Penembak Brutal di Thailand yang Dibuat Sambil Tenteng Senjata: Jemari Sudah lelah
Postingan Penembak Brutal di Thailand yang Dibuat Sambil Tenteng Senjata: Jemari Sudah lelah
TRIBUNBANYUMAS.COM - Postingan Penembak Brutal di Thailand yang Dibuat Sambil Tenteng Senjata: Jemari Sudah lelah
Penembakan di kuil dan pusat perbelanjaan di Bangkok, Thailand yang beberapa hari lalu terjadi bisa dibilang menjadi salah satu tragedi berdarah dari Negeri Gajah Putih.
Pada Sabtu (8/2), Kopral Jakraphanth Thomma membunuh atasannya sebelum mencuri sejumlah senjata dari gudang senjata di kamp militernya.
Sebelum ditembak mati aparat, Thomma sempat membunuh 29 orang dan sederet korban luka-luka di Kota Nakhon Ratchasima itu.
Menurut kronologi yang dihimpun Tribunjogja.com, Thomma memulai penyerangannya sejak pukul 15.30 waktu setempat atau 15.30 WIB di kamp militer.

Kemudian, ia pergi ke Terminal 21, pusat perbelanjaan dan mulai membabi buta menembak orang-orang yang ada di situ.
Banyak korbannya yang terbunuh sesaat ia telah sampai di tempat kejadian perkara.
Beberapa mati di mobil, yang lain ada di luar kompleks.
Di dalam Terminal 21, di lantai ketujuh, salah satu pengunjung malla tidak yakin kemana ia harus bersembunyi.
Melansir dari BBC, nama perempuan itu adalah Nattaya Nganiem.
Ia sendiri baru saja meninggalkan kompleks perbelanjaan dengan mobil ketika ia mendengar suara tembakan dan melihat seorang perempuan berlari keluar mall secara histeris.
Ia juga melihat pengendara motor mengabaikan motornya dan berlari.

Salah satu saksi mata yang melihat Thomma mengatakan tembakan yang diarahkan Thomma sangat presisi.
Ia membidik kepala korban.
Saksi mata itu juga mengatakan temannya menjadi korban dalam tragedi itu.
Di lantai empat, Chanathip Somsakul membarikade diri dengan memasuki toilet perempuan bersama belasan pengunjung.
Menggunakan pintu kubikel, mereka menutupi diri dan menghadang pintu masuk.
Mereka fokus pada handphone masing-masing untuk mendapatkan informasi.
Akan tetapi, ada banyak informasi yang beredar, mereka tidak tahun mana yang bisa dipercaya.
“Semua orang takut. Salah satu teman yang bekerja di mall mengobrol dengan rekan yang ada di ruang kontrol CCTV. Dia memberitahu kami lokasi penembak itu,” katanya.
Ketika polisi datang pukul 21.00, mereka mulai keluar dari pusat perbelanjaan secara teratur.
Tiba-tiba, tembakan kembali terdengar dan sandera mulai berlari.
Pengalaman menakutkan itu juga dialami oleh guru bahasa Inggris yang bermukim di Nakhon Ratchasima.
Charlie Crowson menilai kota itu adalah kota yang damai dan tak pernah mengalami gejolak.
Namun seketika, malam itu menjadi malam mencekam baginya. Ia melihat jalanan penuh dengan mayat. Ia juga menyaksikan salah satu anak didik pacarnya menjadi korban penembakan.
Kisah sedih beralih ke seorang ayah bernama Natthawut Karnchanamethee.
Ia menangisi kepergian anak laki-lakinya yang berusia 13 tahun, Ratchanon Karnchanamethee.
“Dia anak laki-lakiku satu-satunya. Aku memperbolehkan ia melakukan apapun yang ia mau. Aku tidak pernah menaruh ekspektasi kepadanya. Aku hanya ingin ia menjadi orang baik,” ucap Natthawut.
Seorang anak perempuan berusia 13 tahun bernama Lapasrada Khumpeepong menceritakan, saat terjadi penembakan itu, ia dan ibunya disembunyikan di dalam toilet selama lima jam.
“Terimakasih atas semua yang mengorbankan dirinya untuk menjaga yang lain tetap hidup. Tanpa kalian, kami tidak ada di sini hari ini,” kata Khumpeepong.
Fakta Lengkap: Dipicu Jual Beli Rumah
Diberitakan sebelumnya, insiden tragis terjadi di Nakhon Ratchasima (Korat) di mana seorang tentara Thailand membunuh 26 orang.
Sersan Mayor Jakraphanth Thomma menyerang Distrik Muang, menembaki kuil dan pusat perbelanjaan yang penuh sesak oleh pengunjung.
Tentara Thailand berusia 32 tahun itu masuk ke mall Terminal 21, di mana dia ditembak mati setelah baku tembak selama 17 jam pada Minggu (9/2/2020).
Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan fakta-fakta yang terhimpun dalam penembakan Korat yang menewaskan 26 orang itu:

1. Membunuh penjaga gudang senjata
Jakraphanth Thomma disebut menyerang penjaga gudang senjata di Kamp Surathampithak, tempatnya bertugas, sebelum mempersenjatai diri.
Pernyataan itu disampaikan Komandan Region Kedua Angkatan Darat, Letnan Jenderal Thanya Kiatsarn, dan diperkuat keterangan Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha.
"Dia menyerang dan membunuh mereka, kemudian mencuri jip resmi, senapan serbu HK33 dan amunisi untuk mempersenjatai diri," katanya.
Saat mengunjungi korban luka di rumah sakit Korat, Prayut menekankan tidak mungkin Jakraphanth bisa secara leluasa masuk ke dalam gudang senjata.
Tayangan CCTV kemudian memperlihatkan ketika dia masuk ke dalam pusat perbelanjaan, di mana dia berpakaian hitam dan menentang senjata.
2. Dipicu masalah jual beli rumah
Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mengatakan saat berkunjung ke Nakhon Ratchasima, si tentara Thailand membunuh 26 orang karena dipicu jual beli rumah.
"Ini karena masalah personal. Jual beli rumah," ucap Prayut yang juga merupakan mantan panglima angkatan bersenjata Negeri "Gajah Putih" itu.
Prayut menjelaskan, Jakraphanth Thailand bertikai dengan kerabat komandan barak, di mana si komandan juga termasuk dalam korban tewas.
Pernyataan tersebut, meski belum bisa dibuktikan kebenarannya, ada kaitannya dengan unggahan yang dibuat Jakraphanth di Facebook.
Pada Jumat (7/2/2020), Jakraphanth sempat mengunggah sebuah status dalam bahasa Thailand di mana dia mengecam keberadaan orang tamak.
"Kaya dari hasil menipu. Mengambil keuntungan dari orang lain. Apakah mereka yakin bisa menghabiskan uangnya di neraka?" tanya dia.
Bangkok Post dikutip Washington Post memberitakan, nama komandan yang dibunuh Jakraphanth adalah Kolonel Anantharot Krasae.
3. Aparat datangkan ibu si tentara agar bersedia menyerah
Pihak keamanan berusaha melakukan berbagai cara untuk menangkal penembakan massal itu, termasuk dengan mendatangkan ibu Jakraphanth supaya bersedia menyerah.
Diberitakan The Washington Post, ibu Jakraphanth yang tidak disebutkan identitasnya itu didatangkan dari Provinsi Chaiyaphum.
Terdapat video di media sosial, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya, bahwa si ibu langsung histeris begitu mendengar anaknya menjadi pelaku penembakan massal.
Didatangkan dari daerah sejauh sekitar 70 kilometer, aparat meminta kepada ibu Jakraphanth supaya bersedia membujuk anaknya agar menyerah.
4. Sempat "update" di Facebook
Sang tentara Thailand diketahui sempat aktif di media sosial, baik sebelum serangan maupun ketika dia mulai menembaki Distrik Muang.
"Kematian tidak akan bisa dihindari oleh semua orang." Demikian status yang diunggah oleh Jakraphanth sembari membawa senapan dan membunuh 26 orang.
Selain itu, dia juga sempat menuliskan status bagaimana jarinya sudah lelah menarik pelatuk.
"Haruskah saya menyerah?" tanyanya.
Dalam pernyataan resmi Facebook, mereka langsung menghapus akun Jakraphanth begitu insiden tersebut terjadi, termasuk menangkal gambar-gambar sadis korban tewas.
"Tidak ada tempat di Facebook bagi orang yang melakukan kekejaman, dan kami tak akan membiarkan orang memuji aksinya," ujar perwakilan media sosial tersebut. (Tribunjogja/kompas.com)