Fakta Baru Kecelakaan Pagaralam : Usulan Pembangunan Jembatan Ditolak Pemerintah Pusat

Kecelakaan yang melibatkan bus Sriwijaya dengan nomor polisi BD 7031 AU, masuk ke jurang di Likung Lematang, Kota Pagaralam memunculkan fakta baru.

Editor: Rival Almanaf
HANDOUT/SAR PALEMBANG
Proses evakuasi penumpang bus Sriwijaya yang jatuh ke jurang saat melintas di di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Tengah , kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019). Akibat kecelakaan tersebut 28 penumpang ditemukan tewas dan 13 lainnya mengalami luka-luka. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Kecelakaan yang melibatkan bus Sriwijaya dengan nomor polisi BD 7031 AU, masuk ke jurang di Likung Lematang, Kota Pagaralam, Sematera Selatan, Senin (23/12/2019) terus memunculkan fakta baru.

Hingga saat ini korban terus bertambah menjadi 31 orang. Jumlah itu didapat setelah Tim SAR Gabungan pada Rabu (25/12/2019) berhasil menemukan tiga jenazah korban lagi.

Dengan berhasil dievakuasinya tiga orang tersebut, jumlah korban yang meninggal menjadi 31 orang, dengan rincian 16 orang laki-laki dan 12 perempuan.

Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara mengakui, kawasan jalur di Lematang sering rawan kecelakaan.

Sementara itu, untuk mengetahui penyebab kecelakaan yang banyak menelan korban jiwa tersebut, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) langsung ke lokasi kejadian.

Berikut ini fakta baru selengkapnya:

1. Korban tewas kecelakaan bertambah jadi 31 orang

Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Palembang Benteng Telau mengatakan, pada pencarian hari kedua, pihaknya berhasil menemukan tiga jenazah korban kecelakaan bus Sriwijaya.

Penemuan tiga jenazah ini dilakukan setelah seluruh tim menyisir lokasi jatuhnya bus dan menyelam di sekitar Sungai Lematang.

Dengan dievakuasinya tiga orang tersebut, saat ini jumlah korban yang meninggal menjadi 31 orang. Dengan rincian 16 orang laki-laki dan 12 perempuan.

"Sampai hari ini sudah 44 orang dievakuasi. Pagi ini kita mendapatkan tiga korban lagi dalam kondisi sudah meninggal. Tidak menutup kemungkinan korban akan kembali bertambah,"kata Benteng.

2. Polisi: kawasan jurang Lematang rawan kecelakaan

Kapolres Pagar Alam AKBP Dolly Gumara mengakui, jalur kawasan Lematang rawan kecelakaan.

Sebab, menurutnya, kawasan Lematang memiliki jalan yang berkelok ke atas perbukitan, baik turunan maupun tanjakan sama-sama curam, sehingga memerlukan kendaraan yang mumpuni.

"Kontruksi tikungan juga setengah lingkaran, kalau tidak memiliki kendaraan yang mumpuni sangat bahaya. Didekat situ (lokasi kecelakaan) juga ada (tanjakan) Endikat, sama dengan liku Lematang (berkelok)," katanya, Rabu (25/12/2019).

3. Kejadian serupa pernah terjadi

Dolly mengatakan, untuk bus masuk jurang berdasarkan data mereka, juga pernah terjadi pada tahun 1993.

"Namun, untuk kejadian terbesar (kecelakaan) di Liku Lematang adalah kejadian kemarin malam ( bus Sriwijaya)," ujarnya.

Ditambahakannya, berbagai pihak memang memberikan perhatian ekstra untuk kawasan Liku Lematang, seperti memasang rambu peringatan dan penerangan jalan.

"Ketinggian pastinya (jurang Lematang) kami belum tahu. Dari penuturan warga sekitar 100-150 meter. Tapi di lokasi kejadian tingginya sekitar 150 meter, plus kedalaman sungai Lematang," jelasnya.

4. Polisi masih selidiki penyebab kecelakaan

Dirlantas Polda Sumsel Kombes Pol Juni menambahkan, untuk mengungkap penyebab kecelakaan bus tersebut, pihaknya menggandeng Polda Bengkulu dalam proses itu.

"Kami juga meminta keterangan penumpang yang berhasil selamat serta melihat kondisi jalan.

Hasilnya nanti baru akan disimpulkan apa penyebabnya. Pengusaha bus juga diimbau untuk selalu melakukan pengecekan kendaraan," imbuhnya.

Diketahui, kecelakaan bus Sriwijaya terjadi di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Tengah , kota Pagaralam, Sumatera Selatan.

Tercatat 31 korban jiwa dalam kecelakaan ini.

5. KNKT investigasi penyebab kecelakaan

Untuk mengetahui penyebab kecelakaan yang banyak menelan korban jiwa, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) langsung ke lokasi kejadian.

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko mengatakan, saat ini mereka sedang mengumpulkan data dan fakta, baik di lokasi kejadian maupun dari pihak PO Sriwijaya Express terkait kecelakaan bus tersebut.

Proses investigasi itu akan melihat riwayat kendaraan serta pengemudi.

"Kami akan mencari data 500 meter sebelum kejadian. Rambu lalu lintas yang ada di sana juga akan diinventarisir untuk mencari penyebabnya. Sejauh ini kita belum menyimpulkan penyebab kecelakaan ini dikarenakan faktor apa," kata Haryo, Rabu (125/12/2019).

6. Sudah sempat usulkan pembangunan jembatan

Wali kota Pagaralam Alpian Maskoni mengatakan, sebelumnya mereka telah melakukan perencanaan untuk pembangunan jembatan Lematang yang diusulkan pada 2016.

Namun, perencanaan usulan tersebut dibatalkan oleh pemerintah pusat dan dilanjutkan pelebaran jalan yang dilakukan pada 2017 dan 2018 di sekitar lokasi kejadian.

Dijelaskannya, pengusulan jembatan itu sebagai antisipasi kecelakaan pada kendaraan yang melintas di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, karena kondisi jalan yang ekstrem.

"Kejadian ini menjadi pintu masuk kepada balai besar jalan dan jembatan untuk melanjutkan perencanaan jembatan tersebut. Pembuatan tanggul-tanggul untuk pencegahan sudah dilakukan, namun kejadian tetap berlangsung," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Fakta Baru Kecelakaan Bus Sriwijaya, Bukan Kejadian Pertama hingga KNKT Investigasi Penyebab Kecelakaan", 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved