Berita Demak

Masuk 5 Besar Penghasil Beras Terbanyak di Jateng, Petani Demak Sempat Merugi Hingga Rp 18 Miliar

Salah satu sentra utama produksi padi di Demak berada di Kecamatan Karangtengah dengan luas tanam mencapai 4.951 hektar

Penulis: faisal affan | Editor: Rustam Aji
dok. istimewa
PANEN PADI - Para petani di Kabupaten Demak sedang panen walaupun sempat merugi belasan miliar. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, DEMAK –Kabupaten Demak berhasil masuk dalam lima besar penghasil beras terbanyak di Jawa Tengah.

Produksi padi mencapai 342.393 ton.

Hal itu berdasar data BPS 2024.

Menurut data BPS, capaian ini menempatkan Demak di bawah Kabupaten Grobogan (422.776 ton), Sragen (421.105 ton), Cilacap (374.441 ton), dan sedikit di atas Kabupaten Pati (303.260 ton).

Adapun salah satu sentra utama produksi padi di Demak berada di Kecamatan Karangtengah dengan luas tanam mencapai 4.951 hektar hingga Juli 2025.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah, Defransisco Dasilva Tavares, menyebutkan bahwa ketersediaan irigasi dan air yang cukup memungkinkan petani menanam padi hingga tiga kali dalam setahun.

Namun, ia mengingatkan bahwa bencana banjir pada awal 2025 telah berdampak besar pada produksi.

Di mana, sebanyak 512 hektar sawah di Desa Dukun, Kecamatan Karangtengah terendam banjir, sehingga petani merugi hingga Rp 18 miliar per musim tanam.

“Perhitungannya, dari produktivitas gabah kering 5,6 ton per hektar, terdapat sekitar 2.867,2 ton gabah yang hilang akibat banjir tersebut,” jelas Defransisco.

Meski demikian, ia optimistis, jika sistem irigasi dan pola tanam dimaksimalkan, pendapatan petani bisa kembali pulih.

“Bila ini benar-benar dimaksimalkan, akan mengembalikan pendapatan masyarakat sebesar Rp 55,89 miliar,” ujarnya.

Baca juga: Hormati Vonis Hakim, Aufaa Penggugat Mobil Esemka Sebut Bukti Wanprestasi Jokowi Faktanya Ada

Di sisi lain, Suparman, seorang petani penggarap asal Demak, mengaku sempat kehilangan sumber penghasilan akibat sawah yang digarapnya terendam banjir.

“Saya akhirnya ikut menggarap sawah di Grobogan. Kalau tidak ada banjir, biasanya satu musim dari lima hektar bisa dapat lebih dari Rp 20 juta,” katanya, Jumat (29/8/2025).

Menurutnya, beban terbesar petani terletak pada biaya pupuk.

“Kalau tidak ada subsidi pupuk, berat sekali. Apalagi ditambah musibah banjir kemarin,” ungkapnya.

Meski sempat terpuruk, Suparman bersyukur karena pemerintah provinsi Jawa Tengah bersama sejumlah pihak membantu memperbaiki infrastruktur pertanian.

“Alhamdulillah dibantu perbaikan sungai, jadi sawah kami bisa ditanami kembali,” tutupnya.(afn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved