Berita Bisnis

Menkeu Tolak Bayar Utang Kereta Cepat Pakai APBN, Purbaya: Itu Tanggung Jawab Danantara

Menkeu Purbaya menolak bayar utang proyek KCIC bukan tanggung jawab pemerintah, melainkan sepenuhnya menjadi urusan BUMN yang terlibat di dalam

|
Editor: Rustam Aji
Tribunnews/Jeprima
MERUGI BESAR - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyiramkan air ke gerbong Kereta Cepat sebagai tanda resminya beroperasi berbayar disaksikan oleh Wamen BUMN Rosan Perkasa Roeslani dan Dirut PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi serta beberapa pihak terkait usai melaunching Penjualan Tiket Whoosh pada aplikasi mobile di Stasiun Halim Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), Jakarta Timur, Selasa (17/10/23). 

Kerugian itu masih berlanjut tahun ini. Hingga semester I-2025 atau periode Januari–Juli, PSBI sudah membukukan kerugian sebesar Rp 1,625 triliun.

Sebagai pemimpin konsorsium, KAI memegang porsi saham terbesar di PSBI, yakni 58,53 persen, sesuai penugasan yang diberikan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Selain KAI, pemegang saham lain PSBI adalah Wika dengan kepemilikan 33,36 persen, Jasa Marga sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.

Dengan porsi saham terbesar, KAI otomatis menanggung kerugian paling besar di PSBI. Pada semester I-2025, KAI harus menanggung rugi sekitar Rp 951,48 miliar.

Sementara pada tahun penuh 2024, saat PSBI membukukan kerugian Rp 4,19 triliun, KAI ikut menanggung beban hingga Rp 2,24 triliun. 

Proyek KCJB

Mayoritas pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta modal dari konsorsium perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China.

Dikerjakan sejak 2016, proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun sebesar 1,2 miliar dolar AS, setara sekitar Rp 18,02 triliun.

Hasil audit bersama yang disepakati kedua negara mencatat, total biaya pembangunan KCJB kini membengkak menjadi 7,27 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 108,14 triliun.

Dalam Laporan Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) per 30 Juni 2025 (unaudited), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI sebagai entitas asosiasi KAI, mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 4,195 triliun sepanjang tahun 2024.

Baca juga: BRISIK! Harap-harap Cemas Menunggu Realisasi Jalan Tol Pejagan-Cilacap-Jogja

Per Juni 2025, PT PSBI kembali merugi dengan nilai cukup besar, yakni mencapai Rp 1,625 triliun.

Dampak dari kerugian besar yang diderita PT PSBI sebagai pemegang saham mayoritas di PT KCIC, maka perusahaan-perusahaan BUMN yang tergabung dalam konsorium harus ikut menanggung renteng kerugian dari operasional Whoosh.

Misalnya saja, masih merujuk pada laporan keuangannya, PT KAI sebagai pemimpin konsorsium dengan kepemilikan 58,53 saham PT PSBI, sepanjang semester pertama 2025, KAI harus ikut menanggung rugi hampir Rp 1 triliun, yakni sebesar Rp 951,48 miliar.

Sementara pada tahun 2024, KAI harus ikut menanggung rugi sebesar Rp 2,23 triliun.

Hal ini membuat keuangan KAI sangat terbebani setelah ditugasi pemerintah menjadi pengendali saham di Whoosh.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved