Berita Purbalingga

Museum Soegarda Purbalingga Gelar Festival Dolanan 2025, Asyik dan Seru

Festival Dolanan Tradisional merupakan salah satu acara yang digelar oleh Museum Purbakawatja dalam rangkaian kegiatan belajar bersama

Farah Anis Rahmawati
Bermain — Suasana saat anak-anak sedang bermain dakon di depan halaman Museum Soegarda Purbakawatja Purbalingga dalam Festival Dolanan Tradisional 2025, Kamis (13/11/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Suasana halaman Museum Soegarda Purbakawatja, Kamis (13/11/2025), tampak begitu meriah.

Tawa riang anak-anak berpadu dengan semangat mereka memainkan beragam permainan tradisional.

Dari suara biji dakon yang beradu di lubang papan kayu, hingga sorak-sorai penonton yang menyemangati teman-temannya bermain, semuanya menciptakan suasana penuh keceriaan dalam Festival Dolanan Tradisional 2025. 


Staff Museum Soegarda Purbakawatja Purbalingga, Anita Ika Cahyani mengatakan, Festival Dolanan Tradisional merupakan salah satu acara yang digelar oleh Museum Purbakawatja dalam rangkaian kegiatan belajar bersama di museum yang telah dilaksanakan sejak 11 November 2025 lalu. 


Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan hari ini bertujuan untuk mengenalkan dan melestarikan berbagai permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan kepada generasi muda.


"Disamping itu, kita juga ingin mengenalkan Museum Soegarda ini kepada anak-anak. Karena peserta yang kita undang hari ini adalah anak-anak SMP, yang memang jauh dari museum ini. Sehingga ketika mereka datang dan ikut acara ini, harapannya mereka akan tahu ada koleksi apa saja si di Museum Soegarda ini," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (13/11/2025). 


Anita mengatakan, dalam festival ini terdapat berbagai macam permainan yang bisa dicoba oleh anak-anak. Namun, pada hari ini terdapat tiga permainan yang dilombakan, yakni dakon, lumbung dan congklak. 

Baca juga: Konflik Keluarga Keraton Surakarta Memanas Usai Hangabehi Jadi Raja


"Selain itu, ada banyak juga permainan yang bisa dicoba seperti misalnya egrang, kaki seribu, dam-daman, yoyo, otok-otok dan masih banyak lagi," katanya. 


Di antara berbagai permainan tersebut, ia menyebut terdapat salah satu permainan tradisional yang sangat unik, yaitu bethot kodok. Menurutnya, permainan tersebut sudah sangat langka sehingga pada acara ini permainan tersebut dikenalkan kembali dalam bentuk pementasan. 


"Meskipun tadi kita hanya dalam bentuk pementasan, harapannya suatu saat anak-anak kita ini bisa mempraktekkan di sekolah atau lingkungan masing-masing. Sehingga permainan tersebut bisa tetap lestari," ujarnya. 


Adapun, dalam kegiatan ini terdapat 128 peserta dari 32 sekolah di seluruh Kabupaten Purbalingga. 


Anita berharap, dengan acara ini pihaknya dapat terus berkomitmen untuk mengenalkan dan menjaga tradisi budaya agar tetap lestari kepada anak-anak, khususnya generasi muda di Purbalingga. 


Aktivis Kesenian Tradisi dan Budaya Purbalingga, Surotomo juga berharap agar anak-anak yang datang dalam acara ini dapat menularkan kembali pengalaman yang sudah mereka dapat di acara ini kepada teman-temannya di sekolah.


"Sehingga, harapannya semua anak akan tau dan permainan tradisional ini akan tetap lestari. Karena saya yakin, 80 persen anak muda sekarang ini sudah lupa sama jati diri sendiri. Maka dari tu, saya terima kasih sekali ini Museum Soegarda sudah mengadakan kegiatan ini. Harapannya bisa rutin, agar anak-anak kita juga dapat melestarikan budaya yang kita miliki," katanya. 


Sementara itu, salah satu peserta Nasya Khairunnisa siswi kelas 9 asal SMPN 1 Kejobong mengaku antusias dan senang mengikuti kegiatan ini. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved