Berita Purbalingga

Petani di Purbalingga Dilatih Operasikan Pompa Air Berbahan Gas, Bisa Lebih Hemat

Meski dinilai lebih hemat, sejumlah petani mengaku masih kesulitan untuk mengoperasikan alat tersebut. 

Farah Anis Rahmawati
Pelatihan Mesin Pompa — Para petani di Purbalingga saat mengikuti pelatihan pemanfaatan mesin pompa air berbahan bakar gas LPG di UPTD Perbenihan Mewek, Selasa (4/11/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Upaya pemerintah mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (LPG) untuk mengoperasikan mesin pompa air di sektor pertanian belum sepenuhnya berjalan mulus.

Meski dinilai lebih hemat, sejumlah petani mengaku masih kesulitan untuk mengoperasikan alat tersebut. 


Berbagai kendala pun disampaikan, salah satunya ialah tidak keluarnya gas untuk mengoperasikan alat tersebut. 


Maka sebagai tindak lanjut atas persoalan tersebut, Dinpertan Purbalingga bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggelar pelatihan pemanfaatan bahan bakar gas untuk mengoperasikan pompa air


Fungsional Pengawas Alsintan Dinpertan Purbalingga, Alimi mengatakan, pelatihan tersebut merupakan progam rutin yang telah dilaksanakan sejak tahun 2020.

Pelatihan kali ini merupakan tahap kedua, dari tahap pertama yang sudah dilakukan pada bulan Mei 2025 lalu. 


Menurutnya, sebanyak 40 orang petani mengikuti pelatihan di UPTD Perbenihan Mewek Kecamatan Kalimanah Selasa (4/11/2025) siang. Mereka tidak hanya menerima penjelasan, tetapi juga praktek langsung untuk menyalakan pompa menggunakan gas elpiji. 

Baca juga: UMK Belum Dibahas, Buruh Tagih Janji Bupati Cilacap Syamsul Auliya


"Kendala yang dikeluhkan biasanya gas susah keluar, tapi sebenarnya banyak diantara mereka yang tidak tahu kalau gas sebenarnya sudah keluar. Karena kan memang transparan, jadi tidak terlihat. Kita kasih triknya disini supaya tahu gas sudah keluar atau belum," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (4/11/2025). 


Selain permasalahan tersebut, ia juga mengatakan seringkali air di dalam selang tidak mengalir dengan sempurna. Sehingga dalam pelatihan ini, petani juga diajarkan bagaimana cara mengatasi situasi tersebut. 


Alimi mengatakan, selain pompa air, petani juga dikenalkan dengan alat lain, yakni power sprayer yang dapat dioperasikan pula menggunakan gas elpiji. 


"Selain pompa air, kita juga kenalkan kepada mereka alat bernama power sprayer yang biasanya digunakan untuk penyemprotan tanaman holtikultura. Karena alat ini juga bisa digunakan dengan gas elpiji, kita juga melatih para petani agar bisa mengoperasikannya," jelasnya. 


Untuk diketahui, program pelatihan tersebut merupakan hasil dari kerja sama antara Kementrian ESDM dengan Pemkab Purbalingga melalui Dinpertan. 


Menurut Alimi, sejak tahun 2020 pihaknya sudah menyalurkan sebanyak 1.645 unit pompa air elpiji kepada para petani secara individu di Kabupaten Purbalingga. 


Satu paket bantuan terdiri dari pompa air berukuran tiga inci, tabung gas elpiji tiga kilogram, selang hisap dan buang hingga dua botol oli. Di tahun 2024, pihaknya mengatakan telah memberikan bantuan sebanyak 300 unit pompa air, dan alat tersebutlah yang dibawa petani dalam pelatihan kali ini. 


"Sebenarnya kalau digunakan dengan benar, satu tabung gas itu bisa digunakan hingga delapan jam. Sedangkan kalau pakai bensin, dengan waktu yang sama biasanya habis sampai 15 liter. Jadi jelas dari segi biaya ini lebih irit," ujarnya. 


Sementara itu, karena pelatihan hanya digelar selama satu hari, pihaknya mengatakan telah bekerja sama dengan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di tiap kecamatan sebagai pendamping teknis. 


"Jadi, kalau petani bingung mau tanya kemana, atau kalau alatnya macet, bisa tanya ke UPJA ini. Karena UPJA ini adalah perpanjangan tangan dari dinas," katanya. 


Alimi berharap, kedepannya petani di Purbalingga bisa lebih maksimal dalam menggunakan alat tersebut , sehingga alat yang telah diberikan dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan progam tersebut. 


Lebih lanjut, salah satu petani dari Desa Kalialang, Ismanto mengaku mengikuti pelatihan tersebut agar lebih maksimal dalam mengoperasikan dan mengatasi ketika terdapat permasalahan dalam penggunaan alat tersebut. 


Selama ini, ia sudah merasakan manfaat dari penggunaan pompa air berbahan bakar gas elpiji tersebut. Biasanya dalam sehari ia bisa menghabiskan hingga Rp120 ribu untuk mengisi bahan bakar, namun saat ini ia hanya menghabiskan Rp20 ribu untuk satu kali pemompaan. 


"Jelas ini lebih hemat, karena saya sendiri sudah merasakan manfaatnya makanya saya ikut pelatihan ini agar kedepannya bisa lebih maksimal dan bisa mengatasi kalau semisal ada permasalah di lapangan," pungkasnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved