Berita Purbalingga

Tarif Parkir Naik, Pedagang Pasar Segamas Purbalingga Sambat Sepi Pembeli

Pedagang pakaian, sepatu, dan tas di Pasar Segamas Purbalingga mengeluhkan kondisi sepi pembeli. Mereka menduga, kenaikan tarif parkir ikut memicu.

Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI
MENANTI PEMBELI — Sujatno, pedagang pakaian di Pasar Segamas Purbalingga, duduk menunggu pembeli, Kamis (2/10/2025). Pedagang pakaian di Pasar Segamas mengeluh sepinya pembeli sejak marah penjualan online. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Sujatno (83) terlihat duduk termenung sambil menunggu pembeli mampir ke kiosnya di Pasar Segama Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (2/10/2025).

Wajahnya terlihat berharap setiap pengunjung pasar lewat di depan kios yang menjual pakaian itu.

Bahkan, sesekali matanya mengikuti langkah orang yang lewat di depan kiosnya.

Namun, hingga menjelang siang, tumpukan pakaian di kiosnya masih tersusun rapi, belum ada satu pun yang terjual.

Sujatno bukan pedagang baru.

Ia telah berjualan di Pasar Segamas sejak tahun 1965. 

Baca juga: Suami Istri di Baleraksa Purbalingga Tewas Dibacok Keponakan: Pelaku Mencari Perundung yang Kabur

Ia mengatakan, kondisi penjualannya saat ini sudah sangat memprihatikan. 

Hampir setengah tahun ini, dia dan pedagang lainnya mengeluh sepi pembeli. 

Menurutnya, selain karena berkembangnya pasar online, pembeli enggan berbelanja ke pasar karena naiknya tarif parkir

"Sekarang, kondisi penjualan di Pasar Segamas sudah parah, sepi, apalagi sekarang pada beli di online."

"Mereka juga pada gak mau ke sini semenjak parkir naik," katanya, Kamis. 

Ia mengatakan, dahulu, tarif parkir motor di Pasar Segamas hanya Rp1000.

Namun, saat ini, sudah naik menjadi Rp2000.

Sujatno memiliki 3 kios di dalam Pasar Segamas.

Dia menjual pakaian, mulai dari untuk anak-anak hingga dewasa.

Namun, kondisi ketiga kiosnya sama, sepi pembeli. 

Meskipun demikian, ia menjadi salah satu pedagang yang cukup beruntung karena belum sampai gulung tikar seperti rekan-rekannya. 

"Meski sepi, saya masih bertahan karena memang untuk kebutuhan."

"Itu di belakang tadinya masih ada yang jual tapi sekarang sudah kosong karena pada bangkrut," katanya. 

Setiap hari, Sujatno mengakui tidak selalu mendapatkan pembeli.

"Pernah, kemarin cuma dapet 50 ribu, padahal retribusi aja Rp5 ribu, belum untuk yang lain-lain," katanya. 

Sebelum sepi pembeli, ia bisa mendapat keuntungan Rp200 ribu-Rp300 ribu per hari. 

Meski mengetahui persaingan perdagangan terjadi karena faktor penjualan online, Sujatno mengaku tidak bisa beralih ke penjualan online karena faktor usia. 

"Saya belum kepikiran, kalaupun ada pelatihan, usia saya sudah lanjut, jadi agak sulit untuk memahaminya," ujarnya.

Baca juga: Angin Kencang Picu Pohon Tumbang hingga Rumah Rusak di Purbalingga

Kini, dia hanya berharap pemerintah dapat memberikan solusi dengan keadaan pasar yang sudah semakin sepi. 

Keluhan sepi pembeli juga diungkapkan Pranata, seorang pedagang tas dan sepatu di Pasar Segamas.

Menurutnya, penjualan di Pasar Segamas semakin hari semakin memprihatinkan.

"Saya sudah 20 tahunan di sini. Memang, beberapa tahun yang lalu penjualan sudah mulai menurun tapi menurut saya, tahun ini yang terparah," ujarnya. 

MENATA DAGANGAN - Pranata, pedagang tas dan sepatu di Pasar Segamas Purbalingga memajang dagangannya, Kamis (2/10/2025). Pedagang tas dan sepatu di Pasar Segamas Purbalingga mengeluhkan sepi pembeli sejak marak penjualan daring.
MENATA DAGANGAN - Pranata, pedagang tas dan sepatu di Pasar Segamas Purbalingga memajang dagangannya, Kamis (2/10/2025). Pedagang tas dan sepatu di Pasar Segamas Purbalingga mengeluhkan sepi pembeli sejak marak penjualan daring. (TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI)

Omsetnya menurun drastis. Dari sebelumnya bisa berpenghasilan hingga Rp4 juta, di tahun ini, penghasilan menurun hingga 70 persen. 

Menurut Pranata, sepinya Pasar Segamas juga dipicu berkembangnya pasar online dan kenaikan tarif parkir pasar dari Rp1000 ke Rp2000 untuk sepeda motor. 

"Sebetulnya, parkir itu sudah sesuai dengan peraturan yaitu Rp2000, tapi mungkin karena dulu pernah parkir cuma Rp1000, pembeli jadi lebih memperhitungkan lagi," katanya.

Pranata sudah berupaya beralih dari penjualan tradisional ke penjualan modern atau secara online.

Namun, dia pribadi merasa kurang terampil dalam menawarkan penjualan secara online sehingga belum membuahkan hasil. 

"Kalau saya sebenarnya sudah berusaha jual secara online tapi memang saya kurang pandai di bidang tersebut, sehingga belum ada hasil yang maksimal."

"Pedagang di sini pun semua sama, Mba, rata-rata sudah lanjut usia, jadi kurang pandai kalau berjualan secara online," terangnya. 

Baca juga: Bupati Purbalingga Fahmi Lantik 134 PPPK, Tidak Berkinerja Baik akan Ditindak

Meskipun memiliki penghasilan yang tidak menentu, Pranata bersyukur masih bisa bertahan. 

"Karena teman-teman saya itu dulu banyak, itu juga sama luar biasanya."

"Dari yang dulu saya katakan modal dagangan bisa puluhan hingga ratusan juta, sekarang justru beralih ke pedagang runtukan, yang nilainya tidak seberapa. Pokoknya prihatin Mba," keluhnya. 

Pranata berharap, dinas terkait dan pemerintah daerah segera berkoordinasi untuk membantu pedagang.

"Harapan kami, supaya baik dinas atau pemerintah daerah itu bagaimana caranya pasar bisa ramai lagi, kalau bisa parkir diturunkan menjadi Rp1000 karena memang sangat berpengaruh," katanya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved