Saya selalu kroscek dulu sebelum makan, takut ada yang jamuran atau bau," ujarnya.
Namun Stanley tetap menghargai kehadiran MBG, asal menu memenuhi unsur gizi pokok.
"Bagi saya menu apa saja nggak masalah, asal ada protein, karbo, dan buah," tambahnya.
Sementara itu, dari wilayah pinggiran Banyumas, suara ketimpangan distribusi mulai terdengar.
Muji Lestari, orangtua siswa SDN 4 Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas mengatakan anaknya yang kini duduk di kelas 3 SD masih belum mendapatkan jatah makan bergizi gratis.
"Belum, sampai sejauh ini belum dapat.
Sebenarnya kita menantikan segera ada. Karena sekolah yang ada di kota Purwokerto juga sudah dapat sejak lama," katanya.
Ia berharap program ini segera merata hingga ke desa-desa agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
"Harusnya yang di pinggiran kaya kita juga harusnya diprioritaskan, supaya tidak ada kecemburuan," ujarnya.
Muji menambahkan bekal yang diberikan kepada anaknya pun seadanya.
"Saya itu kadang bawakan bekal ya seadanya, kadang nasi sayur sama lauk ya biasa.
Yang gampang, malah beli rames terus dimasukin ke wadah," katanya.
Tribunbanyumas sudah mencoba menghubungi seorang Kepala SPPG Brobahan, Luky Ayu Parwatiningsih untuk konfirmasi dan meminta tanggapan dan perkembangan MBG di Banyumas akan tetapi tidak mendapat tanggapan dan respon. (jti)
Permata Putra Sejati