TRIBUNBANYUMAS.COM, KARANGANYAR - Sebuah fenomena bisnis yang 'gila' terjadi di Kabupaten Karanganyar.
Di tengah polemik mengenai pengibaran bendera bajak laut One Piece, permintaan terhadap bendera tersebut justru meledak di pasaran.
Seorang pengusaha konveksi bernama Agus (35), mengungkap angka penjualan yang sangat fantastis.
Baca juga: Negara Diminta Merangkul Pengibar Bendera One Piece, Syam Barijal: Itu Bentuk Ekspresi Anak Muda
Permintaan bendera One Piece di akun marketplace miliknya tercatat naik hingga 340 persen.
Pada puncaknya, ia bisa menjual hingga 200 bendera hanya dalam waktu satu hari.
Lonjakan permintaan yang gila-gilaan ini membuat Agus dan para pekerjanya kewalahan.
Hal ini ia sampaikan saat ditemui di tempat konveksinya pada Selasa (5/8/2025).
"Puncaknya sehari itu bisa 100 sampai 200-an (bendera) untuk di market place saja ya, belum yang di offline dan sosial media," terangnya.
Saking banyaknya pesanan, ia bahkan terpaksa harus menolak sejumlah permintaan dari konsumen.
Untuk mengatasi lonjakan ini, Agus akhirnya bekerja sama dengan pihak ketiga.
Ia memilih untuk 'melempar' sebagian pesanan kepada teman-teman lain di komunitas konveksinya.
Baginya, ini adalah cara untuk berbagi rezeki yang datang tak terduga.
Di salah satu sudut ruang produksinya, sebuah mesin cetak besar terlihat terus bekerja tanpa henti.
Seorang pekerja dengan kaus hitam tampak dengan teliti mengawasi proses pencetakan.
Gambar Jolly Roger atau tengkorak bertopi jerami yang ikonik dari anime One Piece tercetak di atas gulungan kain hitam.
Mesin heat press kemudian memindahkan gambar dari kertas ke kain dengan presisi yang tinggi.
Setelah lembaran kain itu selesai dicetak, prosesnya tidak langsung jadi.
Tangan seorang pekerja lain terlihat sedang melakukan tahap akhir dari produksi.
Dengan sebuah alat staples khusus, ia merapikan bagian tepi bendera agar kuat dan tidak mudah sobek.
Proses yang detail ini terus diulang demi mengejar target permintaan bendera One Piece yang gila-gilaan.
Agus menceritakan, ledakan permintaan ini berawal pada akhir Juli 2025.
Awalnya, ia hanya membuat desain bendera itu untuk iseng sebagai bahan promosi.
"Awal-awal itu orang-orang yang pesan cuma satu, dua (bendera)," katanya.
Namun, permintaan meledak pada tanggal 1 Agustus 2025.
"Pas tanggal 1 (Agustus 2025) mulai banyak. 1 orang bisa ngambil 5, 10 (bendera)," katanya.
Tidak hanya jumlahnya, ukuran bendera yang diminta juga berevolusi.
Semula, konsumen hanya memesan ukuran kecil 30x20 cm.
Kini, permintaan bergeser ke ukuran yang jauh lebih besar, hingga 120x80 cm.
Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu per bendera.
Permintaan gila ini tidak hanya datang dari wilayah Solo Raya saja.
Agus mengaku menerima pesanan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, mulai dari Makassar hingga Papua.
Mengenai polemik bendera tersebut, Agus memilih untuk tidak banyak berkomentar.
Menurutnya, masyarakat sudah bisa menilai sendiri fenomena yang sedang terjadi.
Baginya, ini adalah sebuah peluang bisnis yang datang di saat yang tak terduga.