TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG – Ema Rachmawati, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, mengaku pernah ditolak memberi sambutan di sebuah acara karena dia perempuan.
Padahal, dalam acara tersebut, dia hadir mewakili gubernur Jawa Tengah yang berhalangan.
Menurut Ema, diskriminasi itu dia alami di sebuah acara pengajian yang dihadiri tokoh agama dan sejumlah habib.
Hal itu diungkapkan Ema saat menjadi pembicara sebuah diskusi di Kantor PKK Jawa Tengah, Kamis (31/7/2025).
"Saya datang mewakili bapak Gubernur membuka acara, tapi karena saya perempuan, saya tidak diperbolehkan memberikan sambutan."
"Bahkan, habib itu bilang, saya boleh berbicara asal dari balik panggung, hanya suara saja yang terdengar," ungkap Ema.
Baca juga: Pemprov Jateng Ikut Pantau Kasus Kekerasan Seksual di Unsoed Purwokerto, Siap Bantu Pendampingan
Merasa tak dihargai, Ema—yang sebelumnya menjabat Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Provinsi Jateng—memilih meninggalkan acara tersebut.
"Saya bilang, kalau begitu, saya tadi pakai rukuh (mukena) saja sambutan dari dalam rukuh. Tapi saya tidak mau."
"Kalau saya tidak boleh sambutan, saya pulang," tegasnya.
Berdasarkan pengalaman itu, Ema menilai, diskriminasi terhadap perempuan di ruang publik nyata. Bahkan, di ruang sosial keagamaan.
"Ini contoh nyata, bagaimana perempuan masih dibatasi ruangnya untuk tampil di depan umum, hanya karena alasan gender," kata Ema.
Tak hanya Ema. Diskriminasi gender juga dialami Suborini, seorang pranatacara atau MC adat Jawa yang biasa memimpin prosesi pasrah pengantin dalam pernikahan.
Baca juga: Hanya 6 Bulan, 29.650 Warga Jateng Tak Lagi Berstatus Miskin
Suborini mengkau pernah ditolak saat hendak menyampaikan pasrah pengantin dalam sebuah acara pernikahan yang dihadiri tokoh masyarakat dan agama.
Saat itu, dia dipilih oleh tuan rumah.
"Saya sudah dibayar dan menyiapkan kata-kata. Tapi, ketika tahu yang akan menyampaikan pasrah pengantin itu perempuan, mereka menolak. Saya akhirnya memilih pergi," ujar Suborini.