"Yang dilakukan bukan hanya Corporate Social Responsibility (CSR) tapi itu totally Coporate Social Responsibility. Iklan saya pariwisata salah satunya di Labuan Bajo, sekarang kunjungan 900 ribu dulu ketika saya datang (2013) baru 18 ribu.
Saya mengeluarkan 6 juta US Dollar mengiklankan Labuan Baju. Tapi secara keseluruhan dapat menciptakan pasar," katanya.
Karena produk Sido Muncul semakin laku, maka kebutuhan akan bahan baku semakin banyak.
"Sejak kami berbasis ilmiah, kemudian saya membuat pabrik bahan baku, dan membutuhkan bahan baku banyak sekali," imbuhnya.
Dalam sejarahnya, pada 1940 nenek Irwan Hidayat mulanya membuat ramuan jamu yang direbus.
Kemudian di Jogja pada tahun 1951 dibuat serbuk.
Hingga akhirnya pada 1994 lalu dibuat ekstrak jamu campur madu sehingga rasa lebih enak.
Alasan kenapa Sido Muncul laku, menurut dia, karena produknya bagus dan strategi pemasarannya bagus.
"Tapi produknya harus baik dulu, kalau tidak baik ya tidak laku," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq mengatakan Unsoed sejauh ini sudah mengokohkan diri dalam pembangunan sumberdaya desa dan kearifan lokal.
Baca juga: Anak-anak Madrasah Terlibat Gangster di Bandungan Semarang, Ada yang Bawa Pedang Bergerigi
"LPPM ini diarahkan hasil riset, pengabdian masyarakat pilarya banyak misalkan melalui kegiatan di masyarakat, KKN tematik dan ada juga kegiatan dengan kemitraan dan barangkali bisa juga dengan Sido Muncul," katanya.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula Ketua LPPM Unsoed, Prof. Dr. Ir. Elly Tugiyanti. MP. IPU., ASEAN. Eng, Wakil ketua MPR RI, Dr. Lestari Moerdijat, S.S MM dan sejumlah narasumber. (jti)