Namun seiring berjalannya waktu, hasil karya Mukhlasin semakin dikenal konsumen.
Keranjang-keranjang buatannya mendapat minat tinggi dan respon positif dari konsumen hingga akhirnya dia mendistribusikan ke luar kota.
Bahkan, buah karyanya itu telah menembus pasar di wilayah Sumatera hingga Kalimantan.
"Utamanya pemasaran terbesar di wilayah Cilacap Barat, terjauh ke luar jawa seperti Jambi, Sumatera hingga Kalimanran.
Kalau di pulau Jawa pemasaran juga ke kabupaten tetangga seperti Pangandaran, Ciamis dan lainnya," kata Mukhlasin.
Produk kerajinan yang diproduksi Mukhlasin ini dijual mulai dari harga Rp20-200 ribu per buahnya.
Perbedaan harga tergantung dari jenis dan ukuran masing-masing keranjang.
Berkat kerja keras dan ketelatenannya tersebut, kini dalam sebulan Mukhlasin memiliki penghasilan hingga Rp7 juta rupiah.
Dalam sebulan Mukhlasin dan para pengrajin biasanya memproduksi sekira 300 buah keranjang anyaman dari berbagai jenis.
Mukhlasin mengaku bersyukur, karena usahanya yang dirintis secara autodidak itu rupanya bisa berkembang seperti sekarang.
Terlebih usaha tersebut mampu memberdayakan masyarakat sekitar terkhusus untuk membantu perekonomian.
Salah seorang pekerja Tuti (42) mengaku begitu bersyukur dapat ikut bekerja di tempat produksi kerajinan itu.
Dengan adanya pekerjaan tersebut, dirinya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga kini bisa menghasilkan uang dan menambah pendapatan keluarga.
Baca juga: Kakek dan Nenek Pencopet Beraksi Saat Ribuan Pengunjung Nikmati Hiburan DCF
Bahkan pekerjaan yang digelutinya selama 3 tahun belakangan, kini malah menjadi tumpuan ekonomi bagi keluarganya.
"Sangat membantu penghasilan, yang tadinya cuma lumayan sekarang malah buat pokok (read pekerjaan utama)," ungkap dia.
Dalam sehari Tuti biasanya mampu memproduksi sekira 6 buah keranjang dari berbagai jenis dan ukuran.
Biasanya Tuti dan teman-temannya memproduksi keranjang mulai dari pagi hingga sore hari. (pnk)