Keempat, menuntut presiden untuk setia dan berkomitmen, berpegang teguh pada demokrasi, penegakan hukum, serta berpihak pada kehendak rakyat, bukan oligarki.
Yang terkahir, atau kelima, massa mengajak segenap mahasiswa, aktivis, dan pemuda Indonesia, menjadi oposisi kritis terhadap rezim penguasa.
Baca juga: Giliran Mantan Pimpinan KPK Soroti Sikap Kenegarawanan Jokowi, Minta Jauhi Konflik Kepentingan
Dari lima tuntutan tersebut, Akmal berujar, penekan paling besar oleh rekan-rekan mahasiswa adalah pemakzulan terhadap Presiden Jokowi.
Hal tersebut dikatakannya jadi poin penting untuk disuarakan oleh mahasiswa dalam aksi.
Ia juga menanggapi aksi mahasiswa di DPD Kantor Gerindra Jateng beberapa waktu lalu.
Mewakili massa aksi, Akmal mengatakan, mahasiswa ditipu karena kegiatan tersebut awalnya adalah kegiatan seminar.
Mahasiswa juga dibagikan selebaran kertas tuntutan kepada salah satu paslon capres dan cawapres.
Akmal mengatakan, banyak miskomukikasi pada kegiatan tersebut dan massa aksi menegaskan, aksi beberapa waktu lalu itu bukan dari golongan massa aksi di depan Kantor Gubernur Jateng.
"Kami kembalikan ke pribadi masing-masing, ketika mereka tidak terikat kepada suatu organisasi yang berlandaskan lembaga hukum maka dari lembaga kemahasiswaan tidak memberikan sanki secara jelas dan mereka berangkat murni secara pribadi tanpa memakai almamater."
"Di sini, kami sepakat, mereka yang berangkat pada deklarasi di Kantor Gerindra Jateng telah menjual otak mereka," tambahnya. (*)
Baca juga: Aksi Borong Caleg dan Parpol untuk Kampanye Pemilu 2024 Diduga Picu Lonjakan Harga Beras
Baca juga: Ratusan Atlet Pelatda Jateng Jalani Tes Fisik, Ukur Kesiapan Jelang PON Aceh-Sumut 2024