TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kondisi kesehatan mental saat pandemi Covid-19 memantik kreativitas sekelompok mahasiswa Undip Semarang.
Kelompok mahasiswa Undip Semarang tersebut terdiri dari Sukma Darmawan (Ketua tim, jurusan Informatika), Zulfida Rahma Cahyani (Keperawatan), Aji Darmawan (Ilmu Ekonomi), Nur Suci Nilamsari (Keperawatan), dan Albi Boykhair (Ilmu Ekonomi).
Mereka berkolaborasi lintas jurusan untuk membuat aplikasi pendeteksi stres melalui suara.
Alat itu diciptakan berangkat dari keresahan mereka melihat teman-teman sesama mahasiswa tertekan mentalnya selama pandemi.
Baca juga: Protes Tak Dapat Lapak di Pasar Johar, Pedagang Kirim Karangan Bunga ke Disdag Kota Semarang
Baca juga: Gua Kreo Semarang Dipastikan Buka Selama Libur Nataru, Pengunjung Wajib Pindai PeduliLindungi
Baca juga: Disbudpar Kota Semarang Izinkan Tempat Wisata Buka saat Libur Nataru, Tak Boleh Ada Atraksi
Baca juga: Diskusi Kongres Bahasa Jawa di Bandungan Semarang, Sucipto Sebut Bahasa Jawa Butuh Anjing Penjaga
Hal itu akibat perubahan sosial yang terjadi mulai dari sistem pembelajaran dari tatap muka ke online sampai pembatasan interaksi sosial.
Perwakilan kelompok, Zulfida Rahma Cahyani mengatakan, ide awal membuat aplikasi ini dari kesadaran bahwa kondisi mahasiswa yang tak baik-baik saja selama pandemi Covid -19.
Mereka harus mengikuti banyak kuliah online, sekaligus banyak penyesuaian diri sehingga mengakibatkan kesehatan jiwa kurang baik.
"Kami berkolaborasi lintas jurusan untuk mengulik lagi kesehatan jiwa apa yang menganggu mahasiswa."
"Ternyata bisa juga terkait tingkat stres kondisional yang bisa terjadi saat pandemi seperti sekarang ini," paparnya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (4/12/2021).
Dari kesadaran itu, ia dan beberapa kawannya mencoba mencari solusi alat pendeteksi stres tersebut.
Lantaran bidang studi yang diambilnya adalah keperawatan, awalnya hanya ingin mendeteksi tingkat stres mahasiswa hanya lewat kuisioner berbasis aplikasi.
Namun selepas berdiskusi dengan mahasiswa Teknik Informatika ternyata alat deteksi stres via suara dapat dikembangkan.
"Kami juga berdiskusi dengan dosen lalu bersama-sama mengembangkan aplikasi ini," ucapnya.
Dia mengatakan, alat pendeteksi stres via suara penting diperkenalkan ke masyarakat luas lantaran kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia.
Sehingga, hadirnya alat ini diharapkan mampu dapat digunakan di tengah masyarakat.