Berita Kendal

Harga Telur Anjlok dan Subsidi Pakan Tak Kunjung Datang, Peternak di Kendal: Janji Pemerintah Zonk

Penulis: Saiful Masum
Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peternak ayam petelur di Kecamatan Patean Kendal sedang mengambil telur dari kandang, Minggu (17/10/2021).

TRIBUNBANYUMAS.COM, KENDAL - Harga dan serapan telur ayam yang tak kunjung membaik memicu perburukan perekonomian para peternak ayam petelur di Jawa Tengah.

Terutama, peternak di Kabupaten Kendal, yang kini menjadi penyumbang jumlah populasi ayam petelur terbesar di Indonesia, setelah Kota Blitar, Jawa Timur.

Namun, harga telur yang terus anjlok disertai kenaikan harga pakan ayam membuat sebagian peternak menyerah.

Mereka memilih menjual semua ternak beserta kandanganya karena kehabisan modal.

Sebagian peternak lain masih berjibaku mempertahankan usahanya agar tidak gulung tikar.

Baca juga: 160 Peternak Gulung Tikar di Kendal, Dampak Anjlognya Harga Telur, Tiap Kilogram Merugi Rp 6.000

Baca juga: Harga Telur Ayam di Kudus Anjlok Tinggal Rp 15 Ribu/Kg, Peternak Oplos Pakan agar Tak Merugi

Baca juga: Satu SD Negeri di Patebon Kendal Terbukti Langgar Prokes, Izin Menggelar PTM Langsung Dicabut

Baca juga: Pemkab Kendal Kebut Kejar 60 Persen Vaksinasi Lansia, Bupati Dico: Biar Bisa Cepet Turun Level 1

Beberapa upaya sudah ditempuh peternak dengan mengadu kepada bupati, MPR, dan juga Badan Urusan Logistik (Bulog).

Kondisi ekonomi para peternak ayam petelur semakin memburuk ketika suplai pakan ternak langka.

Seorang peternak asal Kecamatan Patean, Kendal, Rila Hermawati (36) bercerita, apa yang dialami peternak ayam petelur saat ini hanya menunggu antara hidup dan matinya usaha.

Siapa yang kuat dalam permodalan, dialah yang kemungkinan bisa bertahan jika tak cepat ada solusi.

Bahkan, beberapa pelaku usaha di bidang produksi telur ayam ini sudah bangkrut kehabisan modal.

Seperti yang dialami bibi Rila, yang memilih menjual 20.000 ekor ayam petelur berserta kandangnya karena tak sanggup lagi bertahan.

"Saya punya ayam 10.000 masih coba saya pertahankan meskipun sudah kehabisan modal. Bibi saya punya 20.000 ekor, habis sudah dijual," terangnya di Kendal, Minggu (17/10/2021).

Menurut Rila, kondisi sulit yang dihadapi peternak saat ini benar-benar kompleks.

Pendapatan turun drastis selama empat bulan terakhir karena harga telur anjlok, jauh di bawah harga ideal.

Hal itu dipicu serapan telur yang minim akibat adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid-19.

Kondisi ini diperburuk sulitnya peternak mencari pakan jagung.

"Sampai saat ini, janji pemerintah melalui Bulog untuk menyuplai pakan ternak, zonk. Uangnya ada di koperasi kami, barangnya gak ada. Harga telur juga tak kunjung naik. Kami pasrah dengan kondisi," kata Rila.

Perempuan 36 asal Kabupaten Temanggung ini ingin, Presiden RI Joko Widodo mendengar apa yang menjadi kesusahan peternak ayam petelur.

Dia ingin ada lagkah pasti yang bisa membantu peternak keluar dari masa sulit. Bukan sebuah janji yang tak kunjung direalisasi.

"Gak tahu lagi mau menyelamatkan usaha ini seperti apa. Dampak yang saya rasakan, nomor satu kehabisan dana operasional untuk pakan ayam, nombok terus. Kekurangan modal beli bahan baku dan bayar karyawan. Gak tahu lagi akan sampai kapan," terangnya.

Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Senin 18 Oktober 2021: Rp 1.837.000 Per 2 Gram

Baca juga: Cuaca Purbalingga Hari Ini, Senin 18 Oktober 2021: Siang Diperkirakan Hujan, Suhu 30 Derajat Celcius

Baca juga: Cuaca Purwokerto Hari Ini, Senin 18 Oktober 2021: Diperkirakan Hujan, Siang hingga Malam

Rila menjelaskan, harga telur semakin turun menyentuh Rp 13.500 per kilogram.

Sementara, harga pakan ternak tetap bertahan di angka Rp 6.500-Rp 7.000 per kilogram.

Serapan telur di lingkungan masyarakat tak kunjung membaik meskipun sudah ada kelonggaran kegiatan.

Sehingga, modal yang dikeluarkan tak sebanding dengan pendapatan.

"Sekarang, yang sangat inti, pakan. Jagung yang dijanjikan pemerintah lewat Bulog belum ada. Katanya, masih dalam proses tetapi sampai kapan," keluhnya.

Rila ingin, pemerintah memberikan perlindungan kepada peternak melalui Perpres.

Selain itu, peran pemerintah sangat dinanti agar bisa menaikkan harga telur, menyerap produksi telur, dan menurunkan harga pakan ternak pabrikan.

"Perbandingan harga kerupuk dengan telur, mahal kerupuknya. Lengkap penderitaan kami, gak ada solusi gak bisa bertahan. Peternak saat ini berlomba-lomba bertahan hidup belum tahu kapan akhirnya, bukan ngejar keuntungan lagi," tegahnya.

Geruduk Kantor Bulog Jateng

Dalam rangka mencari sumber pakan ternak, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah menggeruduk kantor Bulog Jateng, Jumat (15/10/2021) lalu.

Puluhan orang yang tergabung dalam koperasi para peternak di Kabupaten Kendal, Temanggung, Pemalang, Batang, Kota Semarang, dan beberapa kabupaten/kota lain menanyakan janji bantuan pakan ternak 30.000 ton jagung dari pemerintah.

Ketua Koperasi Pinsar Jateng, Suwardi mengatakan, saat ini, belum ada sedikitpun jagung yang diterima para peternak.

Pihaknya meminta kejelasan atas janji pemberian bantuan 30.000 ton jagung saat pertemuan pada 15 September lalu, bersama perwakilan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan di Istana Presiden.

"Bulog harus tegas bisa merealisasikan tugas ini. Sehingga yang terjadi, tidak hanya perang media antara Kementan, Kemendag dan peternak. Tidak ada bantuan jagung, pinjaman 700 ton jagung yang disalurkan melalui koperasi sudah habis," jelasnya.

Baca juga: Dukung Budidaya Kapulaga di Panusupan Banyumas, Pemprov dan BPR BKK Purwokerto Beri 8000 Pohon

Baca juga: Paryo Minta Pemerintah Turun Tangan, Kondisi Peternak Ayam Petelur di Banjarnegara Kian Terpuruk

Baca juga: Produksi Sampah Plastik Berlimpah, Pemkab Banyumas Mendaur Ulang Jadi Genting dan Paving

Suwardi memastikan, peternak siap membeli pakan ternak dengan jumlah uang yang terkumpul di koperasi sebesar Rp 2,3 miliar.

Dengan tujuan untuk menyelamatkan hewan-hewan ternak agar tetap bisa makan.

"Peternak membutuhkan kepastian bukan bualan, di mana jagungnya, kapan bisa diambil. Kami datang hanya ingin menjawab dan memastikan bahwa Bulog bisa melaksanakan tugas. Kami tunggu dalam 3x24 jam," tegasnga.

Peternak asal Kendal, Ahmad Subakir mengatakan, kebutuhan stok jagung harus ada secepat mungkin karena peternak sudah mengalami kepayahan.

Ia meminta agar tidak ada lagi penundaan distribusi jagung hingga tingkat peternak.

"Teman-teman sudah gelisah, mohon percepatan suplai jagung. Kebutuhan dua bulan untuk kami sekitar 30.000 ton untuk semua wilayah. Jadi tidak akan membuat harga jatuh di tingkat petani, karena petani baru akan tanam skala besar," terangnya.

Ia berharap, apa yang sudah dipertahankan peternak bisa didukung oleh pemerintah daerah dan pusat.

"Yang diminta bukanlah bualan tetapi kepastian bahwa jagung segera tersedia. Siap untuk demo (unjuk rasa) setiap hari," ujarnya. (*)

Berita Terkini