Berita Kudus

Ribuan Ayam Ingkung Dibawa ke Makam Kramat Punden Masin, Ini Makna Tradisi Sewu Sempol di Kudus

Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga datang ke Makam Kramat Punden Masin, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, untuk menyedekahkan ayam ingkung dalam tradisi Sewu Sempol, Kamis (8/4/2021). Tradisi ini digelar setiap Kamis menjelang Ramadan sebagai pengingat agar warga rutin bersedekah.

Anas menyampaikan, cerita yang paling populer yakni cinta keduanya yang tidak direstui Sunan Muria.

Sunan Muria yang sudah menjodohkan putrinya, Raden Ayu Nawangsih, dengan pria pilihan, namun gagal karena kuatnya cinta mereka berdua.

"Sampai akhirnya, mereka berdua meninggal di sini," ucapnya.

Baca juga: Mulai Hari Ini, Tarif Pemeriksaan Rapid Tes Antigen di Stasiun Turun Jadi 85 Ribu

Baca juga: Prakiraan Cuaca Purbalingga dan Purwokerto Hari Ini: Hujan Diperkirakan Terjadi Malam Hari

Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Jumat 9 April 2021 Rp 963.000 Per Gram

Baca juga: Jelang Pilkades Serentak di Pati, Satgas Antijudi Amankan 15 Botoh bersama Uang Rp 182,6 Juta

Juru Kunci Makam menyebutkan, ‎setiap peziarah yang datang diharuskan membawa bunga sebagai simbol kebaikan.

Kalau tidak membawa, Anas tidak mengizinkan peziarah masuk ke dalamnya. "Bunganya bebas, apa saja," jelas dia.

Makam yang buka hanya tiga hari dalam sepekan, yakni hari Rabu, Kamis, dan Jumat, itu didatangi peziarah dari beragam daerah.

Peziarah diizinkan datang mulai pukul 08.00 hingga 14.00, pada hari yang sudah terjadwalkan tersebut.

Namun, dia mengingatkan, selama berziarah, warga harus mengikuti pantangan yang sudah diberikan‎.

Satu di antaranya, larangan untuk membawa ranting atau apapun yang ada di area makam. Tak heran, pantauan Tribunbanyumas.com, banyak batang pohon tumbang dibiarkan tergeletak di sana.

Ketika ada pohon yang menutup jalan sekalipun, hanya dipotong dan disingkirkan ke tepian.

"Banyak kejadian pohon Jati yang diambil di sini akan kembali lagi karena yang mengambil biasanya sakit atau gila," ujar dia.

Menurutnya, pohon Jati yang tumbang hanya dibiarkan atau dimanfaatkan untuk lingkungan yang ada di sana.

Kepercayaan itu telah turun temurun masih diyakini dan bertahan ‎sampai sekarang.

"Pohon Jati yang tumbang itu hanya dipakai unt‎uk bangunan, kalau tidak ya dibiarkan saja," jelasnya.

Menurut peziarah asal Jepara, Sugiarti (50)‎, dia bisa datang ke makam ini lima kali dalam sepekan.

Halaman
123

Berita Terkini