Berita Jawa Tengah

Hikayat Maling Genthiri: Robin Hood asal Blora, Makamnya Ada di Desa Kawengan

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga berziarah di makam Mbah Genthiri di Desa Kawengan, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Sabtu (3/4/2021).

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Jika di Inggris memiliki Robin Hood sebagai tokoh dalam cerita rakyatnya, di Blora memiliki Maling Genthiri.

Kedua tokoh cerita rakyat ini memiliki karakter yang sama, yaitu sama-sama seorang pencuri.

Tapi hasil curiannya diperuntukkan bagi warga miskin.

Kisah Maling Genthiri atau ada yang menyebutnya Kentiri ini sangat melekat bagi sebagian masyarakat Blora.

Baca juga: Kewenangan Penyelidikan 4 Polsek di Blora Dicabut, Utamakan Penyelesaian Kasus secara Kekeluargaan

Baca juga: Disebut Ada Sempalan Jaringan Teroris di Blora, Kapolres: Sekadar Melintas, Tidak Tinggal di Sini

Baca juga: Puguh Lega Sudah Disuntik Vaksin, Makin Nyaman Ikuti Kejuaraan Angkat Besi di Luar Wilayah Blora

Baca juga: Disambati Warganya di Perantauan yang Tak Boleh Mudik, Bupati Blora Janji Melobi Gubernur

Utamanya bagi masyarakat Desa Kawengan, Kecamatan Jepon.

Di desa ini terdapat makam yang dipercaya sebagai makam Mbah Genthiri.

Letak makamnya berada di kompleks pemakaman umum desa.

Makam yang dipercaya sebagai tempat persemayaman terakhir Mbah Genthiri berada di dalam cungkup dikelilingi pagar kayu.

Di dalam cungkup hanya ada satu makam berikut kelambu putih lusuh yang menyelimutinya.

Berdasarkan keterangan perangkat desa setempat, Ramelan, warga Kawengan percaya bahwa Mbah Genthiri adalah tokoh masa lalu dengan segenap kisah hidupnya yang heroik.

Meski memiliki kebiasaan mencuri tapi Mbah Genthiri memberikan barang hasil curiannya untuk warga miskin.

Dari situ seolah terselip pesan, sudah sepatutnya orang kaya menyisakan perhatian atas keberadaan warga miskin.

“Mbah Genthiri itu ilmunya luar biasa, tapi maling."

"Malingnya adalah orang kaya atau orang berada, hasil malingnya dikasihkan orang miskin dan janda yang tidak punya apa-apa,” kata Ramelan kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (3/4/2021).

Kisah heroik Mbah Genthiri yang sarat akan pesan keberpihakan kepada ‘wong cilik’ sampai sekarang masih terngiang di benak warga Kawengan.

Untuk mengenangnya, setiap 1 Sura di makam tersebut digelar haul sekaligus doa bersama.

Kata Ramelan, sampai saat ini juga masih terdapat para peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Blora.

“Paling ramai adalah saat Kamis Kliwon malam Jumat Legi.”

Kisah Maling Genthiri ini juga diabadikan dalam buku yang berjudul ‘Cerita Rakyat Jawa Tengah Kabupaten Blora’ yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah.

Di situ diceritakan, bahwa Maling Genthiri merupakan putra dari Ki Ageng Pancuran.

Nama kecilnya adalah Maling Kondang.

Ketika menginjak usia dewasa, Maling Kondang berguru kepada Sunan Ngerang di Semarang.

Adapun nama Genthiri adalah pemberian Sunan Ngerang.

Sebab, sebelum benar-benar diterima sebagai murid, Maling Kondang telah mencuri perhatian sang guru dengan bersembunyi di kolong rumah geladak tempat Sunan Ngerang mengajarkan ilmunya.

Setelah diangkat sebagai murid, Sunan Ngerang memberinya nama julukan Maling Genthiri, karena memiliki sifat layaknya hewan genthiri yang bersembunyi di kolong.

Singkat cerita, setelah tuntas dalam menuntut ilmu kepada Sunan Ngerang, Genthiri pun mengembara di wilayah Blora dan Rembang.

Di sela-sela pengembaraannya, Genthiri memiliki kebiasaan mencuri.

Mencuri harta orang kaya kemudian hasilnya diberikan kepada orang miskin.

Mengingat usianya yang kian dewasa, Genthiri pun merasa ada yang kurang dalam hidupnya.

Dia ingin mempersunting seorang perempuan demi menggenapkan kebahagiaan hidup.

Perempuan yang dikehendakinya adalah Dewi Sirep anak Mbok Randha Suganti dari Desa Sapetik, Sulang.

Mengetahui apa yang diinginkan oleh anak lelakinya, Ki Ageng Pancuran mengutus adiknya bernama Jarum untuk ke Sapetik melamar Dewi Sirep.

Rupanya lamaran tersebut ditolak.

Dewi Sirep sudah memiliki pujaan hati bernama Jaka Salakan.

Mengetahui lamarannya ditolak, Genthiri marah besar.

Kemarahan tersebut berujung pada aksinya menghabisi nyawa Jaka Salakan.

Karena Jaka Salakan telah meninggal, Dewi Sirep pun akhirnya mau dipinang Maling Genthiri.

Tetapi ada dua syarat, pertama yakni Genthiri harus mandi di Sendang Karang di daerah Tuban.

Kemudian syarat selanjutnya yakni Genthiri harus membawa bende becak, bende singa barong, dan bende kencana.

Bende merupakan gong kecil.

Untuk memenuhi syarat pertama mandi di sendang, Genthiri tidak ada kendala.

Kemudian bende becak pun dengan mudah dibawakannya untuk pujaan hati.

Namun, saat dia hendak menyerahkan bende selanjutnya, dia gagal.

Bende tersebut sedianya akan dicuri Genthiri dari pemiliknya, Rangga Yuda, di Semarang.

Sebelum berhasil mencuri bende, Rangga Yuda terlebih dahulu mengetahuinya.

Aksinya kali ini pun gagal.

Sedianya Genthiri memiliki ilmu panalimunan, yakni bisa masuk ruang hanya melalui cahaya lampu yang menembus celah dinding.

Dia juga memiliki gunting sakti yang dapat memotong kayu setebal apa pun.

Kesaktiannya tidak mendatangkan keberhasilan atau takdir mengatakan bahwa dia gagal meminang Dewi Sirep.

Perjalanan hidup Genthiri pun dipercaya berakhir di Desa Kawengan.

Kala itu dia tengah melancarkan aksi pencurian.

Ada orang yang melihatnya, Genthiri pun terbirit-birit lari.

Pelariannya berakhir saat kakinya terjerat tanaman talas.

Dari kisah itu, warga Kawengan yang tinggal di sisi barat berdekatan dengan makam Mbah Genthiri tidak berani menanam talas.

Kata Ramelan, warga yang tidak berani menanam talas adalah warga Kawengan RT 01 RW 01 dan RT 02 RW 01.

Keberadaan dua rukun tetangga itu memang berada di sisi barat desa dan merupakan kampung yang paling dekat dengan makam Mbah Genthiri.

“Warga sini tidak berani menanam talas."

"(Kalau nanam talas) sakit-sakitan."

"Talas dibuang ke sungai, baru sembuh,” ujar Ramelan. (Rifqi Gozali)

Baca juga: Terduga Teroris di Sumampir Purwokerto, Ketua RT: Densus 88 Antiteror Sekadar Geledah Rumah

Baca juga: Karyawan UT Purwokerto Dirampok, Pelaku Diduga Tiga Orang, Kabarnya Beraksi Juga di Kebumen

Baca juga: 4 dari 5 Tahanan Polres Purbalingga yang Kabur Tertangkap, Melarikan Diri Hingga Bakahueni Lampung

Baca juga: Gugatannya Ditolak Hakim PN Purbalingga, Warga Bodaskarangjati Jadi Tersangka Kasus Aborsi

Berita Terkini