Berita Purbalingga

Tak Semujur Nasib Jahe Saat Corona, Sama-sama Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Harga Jambu Biji Merosot

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: Rival Almanaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umayah memerkenalkan produk olahan jambu biji buatannya

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Mewabahnya virus Corona (COVID-19) membuat banyak negara berlomba-lomba menemukan vaksin yang ampuh menangkal virus tersebut.

Para ilmuwan di Indonesia pun sedang berusaha meneliti berbagai bahan alami untuk mencegah pertumbuhan virus Corona.

Jambu biji menjadi satu di antara bahan alami yang dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh hingga mampu mencegah pertumbuhan virus Corona.

Jambu biji pun menjadi hits sekarang. Di saat namanya jadi perbincangan banyak orang, usaha pertanian jambu biji saat ini ternyata sedang terpuruk.

Petani jambu biji di Desa Karangcengis Kecamatan Bukateja Purbalingga justru saat ini sedang dirundung pilu.

Pemerintah Indonesia: Tidak Semua Warga Akan Bisal Langsung Ikuti Rapid Test Corona

Resmi! Polri Tunda Penerimaan Tamtama, Bintara, hingga Taruna Akpol 2020, Simak Info Lengkapnya

Enam Penumpang Berada di Mobil yang Terjebak Jalan Ambles Sepanjang 30 Meter di Cianjur

Chord Kunci Gitar Lagu Kulihat Ibu Pertiwi

Produksi jambu biji di desa itu kini sedang mengalami puncaknya alias melimpah.

Sayang, panen raya jambu biji tidak diikuti harga jual yang bagus. Apalah artinya panen melimpah, namun harga tetap rendah.

"Mahal kalau jambu jarang, kalau panen raya seperti ini anjlok," terang salah satu petani, Umayah.

Umayah mengatakan, harga jambu biji di tingkat petani saat ini hanya dikisaran Rp 2 ribu perkilogram.

Mereka biasa menjualnya ke tengkulak. Padahal, saat harga bagus, jambu biji petani bisa dihargai Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu perkilogram.

Petani bisa menikmati harga tinggi saat produksi lahan menurun, yakni pada musim kemarau.

Kondisi anjloknya harga jambu biji sebenarnya bukan hal baru bagi petani.

Mereka harus mengikuti hukum pasar, saat produksi melimpah, harga murah.

Giliran harga naik, produksi buah di lahan petani sedang menurun atau langka.

Alhasil, panen raya atau tidak, sama saja bagi petani. Mereka tetap dilanda rugi.

Halaman
12

Berita Terkini