"Aku sedikit terkejut, karena kupikir itu agak keren," kata dia.
Ia merasa kejadian ini menarik dari perspektif ilmiah.
Sebab gejalanya sudah mereda pada saat dia didiagnosis.
Otoritas kesehatan setempat kemudian memintanya untuk tinggal di rumah selama setidaknya tujuh hari setelah timbulnya gejala, atau hingga 72 jam setelah gejala berhenti.
Kisah Schneider tentang kondisinya sebetulnya tidak unik.
Misalnya, laman The Post melaporkan pada hari Rabu, dokter gawat darurat Dr. Yale Tung Chen dari Madrid, Spanyol, bahkan mengunggah Tweet berseri tentang infeksi virus corona.
• Kisro Ditemukan Dua Kemudian, Warga Banjarnegara Terpeleset Saat Mancing di Sungai Serayu
• Manisan Carica Banjarnegara Serasa Mulai Berkurang Kemanisannya, Produsen Keluhkan Harga Gula
• Rakor TPAKD Jateng di Purwokerto, OJK: Pemda Jangan Bikin Program Muluk-muluk
• Dalam Makanan Sereal Terselip Sabu, Pesanan Napi Lapas Purwokerto
Kicauan itu berisi pengalamannya setelah terinfeksi, ketika merawat pasien di rumah sakit tempat ia bekerja.
Dia saat ini dikarantina di rumah.
Sementara itu, Schneider yang telah merasa lebih baik selama seminggu terakhir telah mulai berkeliaran di luar.
Dia masih menghindari pertemuan besar dan memilih bekerja dari rumah.
"Jika kalian pikir terkena virus ini, kalian mungkin memang kena," kata Schneider.
"Tetapi jika gejala kalian tidak mengancam jiwa, cukup berdiam di rumah, berobat dengan obat-obatan yang dijual bebas, minum banyak air, banyak istirahat, dan lihat perkembangannya."
Meski begitu, Schneider tetap mengingatkan pentingnya mempertimbangkan individu berisiko tinggi dan tinggal di rumah jika merasa sakit.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Korban Virus Corona, Sembuh dengan Merawat Diri di Rumah",