UMKM Cilacap

Berawal dari Dimintai Tolong Bikin Tali, Fatoni kini Sulam Eceng Gondog dan Gedebok Pisang Jadi Cuan

Usahanya sudah dimulai sejak tahun 2020-an saat pandemi COVID-19 melanda. Berawal dari saat dirinya dimintai untuk membuatkan tali

Editor: Rustam Aji
mahasiswa magang ump/inaya
MANFAATKAN BAHAN ALAM - Fatoni salah satu warga asli Desa Grumung Cilacap, memulai langkah kecil yang kini membuka jalan baru bagi warga sekitarnya. Ia mulai merintis home industri yang memanfaatkan bahan alam untuk menjadi produknya.  

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP — Di Desa Grumung, Kelurahan Gentarsari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, tidak ada tradisi membuat kerajinan tangan dari bahan alam.

Namun, Fatoni salah satu warga asli Desa Grumung memulai langkah kecil yang kini membuka jalan baru bagi warga sekitarnya.

Ia mulai merintis home industri yang memanfaatkan bahan alam untuk menjadi produknya. 

Usahanya sudah dimulai sejak tahun 2020-an saat pandemi COVID-19 melanda. Berawal dari saat dirinya dimintai untuk membuatkan tali, lalu ia melihat adanya peluang di sini.

“Waktu itu saya cuma dimintai buat membuat tali saja tambang saat itu, lalu saya berpikir sepertinya akan ada peluang di sini, nah dari situ saya mulai merintis sedikit demi sedikit,” ujarnya pada tim Tribunbanyumas.com (26/7/25). 

Dari enceng gondok, gedebog pisang, hingga kertas, berbagai hal alami yang dianggap limbah justru menjadi sebuah peluang untuk Fatoni.

Di tangan kreatifnya, bahan-bahan alami tersebut disulap begitu menarik yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Selain itu, bahan ini digunakan untuk mengurangi limbah plastik, karena dengan bahan alami, maka jauh lebih ramah lingkungan daripada lainnya. 

Selain enceng gondok dan gedebog pisang, bahan yang paling banyak diminati oleh konsumen adalah daun pandan.

Daun ini menjadi favorit karena lebih lentur, tahan lama, dan hasil anyamannya terlihat lebih rapih. Banyak produk seperti sajadah dan tas menggunakan daun pandan sebagai bahan utamanya. 

Untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut, Fatoni biasanya langsung membeli dari pengepul yang sudah berlangganan, sehingga memudahkan dirinya. 

kerajinan-oke-topi
HASIL KERAJINAN - Hasil anyaman kerajinan home industry milik Fatoni.

Kini usahanya berkembang pesat, tak hanya diminati oleh sekitar saja, melainkan sudah banyak dari perusahaan-perusahaan yang siap ekspor juga memiliki minat yang sangat tinggi dengan kerajinan ini.

Hal ini membuktikan bahwasannya, produk lokal apalagi home industri seperti ini mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. 

Kini, rumah Fatoni tak hanya menjadi tempat produksi, tapi juga jadi ruang belajar.

Warga yang datang tak hanya diajari teknik menganyam, tapi juga bagaimana memilih bahan yang baik, proses pengeringan, hingga finishing produk.

Ia ingin semua orang yang belajar padanya juga dapat memiliki keahlian seperti ini. 

Dari remaja sampai yang sudah lanjut usia juga kerap ditawarkan oleh Fatoni. Beberapa diantaranya juga turut diikut sertakan saat memiliki banyak pesanan.

“Untuk mengisi waktu luang dan menambah penghasilan, kan lumayan,” ujarnya (26/7/25) 

Meski sudah berjalan dengan stabil menjalin kerjasama, usaha kerajinan ini tetap menghadapi berbagai tantangan.

Salah satunya soal ketersediaan bahan baku yang sangat bergantung pada cuaca.

Saat musim hujan, mencari bahan alam menjadi lebih sulit karena kualitasnya menurun dan proses pengeringan akan terlambat. 

Selain itu kisaran harga yang dipatok untuk hasil kerajinan ini juga beragam.

Beberapa jenis bisa dibeli dengan murah karena tingkat kesulitan yang tidak terlalu tinggi, mulai dari Rp5.000 sampai Rp20.000, namun ada pula bahan tertentu yang bisa mencapai Rp200.000 per ikat, tergantung musim dan kelangkaannya. 

“Kalau hujan terus, nyari bahannya susah, kan kita tergantung sama musim ya, jadi kalau hujan sih itu kendalanya,” ungkapnya.

Baca juga: Batik Sekarwaru Nusawungu Cilacap, Hasil Karya Tangan Ibu-Ibu Desa Klumprit yang Terus Berkembang

Meski begitu, semangat untuk terus berkarya tak surut.

Pesanan terus berdatangan dari luar daerah seperti Bali, Jakarta, Lombok, dan Yogyakarta.

Ia berharap juga, usaha ini tak hanya berkembang secara ekonomi, melainkan juga sebagai wadah pemberdayaan masyarakat desa berbasis kearifan lokal dan lingkungan. 

Produk-produk yang dihasilkan pun semakin beragam dan mengikuti tren pasar.

Selain produk rumah tangga dan hiasan, ia juga mulai mengembangkan desain khusus untuk keperluan dekorasi acara atau sovenir. Terutama yang berbahan dasar alam. 

Usaha Fatoni menjadi bukti bahwa dari tangan-tangan kreatif di desa, bisa lahir produk unggulan berbasis kearifan lokal yang mampu menembus pasar nasional hingga internasional.

Berbekal semangat, ketekunan, dan kepedulian terhadap lingkungan, ia tak hanya menciptakan peluang bagi dirinya, tetapi juga membuka harapan baru bagi warga sekitar untuk terus berkembang bersama.

Di tengah tantangan zaman, kerajinan dari bahan alam ini menjadi simbol ketahanan dan inovasi masyarakat desa yang patut diapresiasi. (mahasiswa magang UMP/Inaya)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved