Berita Jateng

Jateng Berpotensi Mengalami Hujan Es, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hingga 30 Juli

BMKG memperingatkan potensi peningkatan curah hujan disertai hujan es di wilayah Jawa Tengah, hingga 30 Juli 2025.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rika irawati
UNSPLASH/STEFAN STEFANCIK
ILUSTRASI HUJAN ES - Hujan es berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah hingga 30 Juli 2025. BMKG memperingatkan, cuaca ekstrem tersebut berpotensi terjadi seiring meningkatkanya potensi curah hujan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG – Hujan es berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah hingga 30 Juli 2025.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan, cuaca ekstrem tersebut berpotensi terjadi seiring meningkatkanya potensi curah hujan.

Sebelumnya, hujan es terjadi di wilayah Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Minggu (27/7/2025).

Forecaster Stasiun Meteorologi BMKG Ahmad Yani Semarang Ferry Oktarisa mengatakan, peningkatan curah hujan di Jawa Tengah terjadi akibat beberapa faktor meteorologis yang kompleks dan saling mendukung.

"Satu di antaranya, karena aktifnya gelombang atmosfer Rossby di wilayah Pulau Jawa."

"Kemudian, suhu muka laut yang cenderung hangat, serta kelembapan udara yang tinggi di berbagai lapisan atmosfer," ungkap Ferry Oktarisa, Senin (28/7/2025).

Baca juga: Kapan Fenomena Mbediding di Jateng Berakhir? Suhu di Dieng Tembus 0 Derajat Celsius

Ia menjelaskan, kondisi udara yang cenderung labil turut memperbesar potensi terbentuknya awan konvektif atau awan cumulonimbus, yang dapat menghasilkan hujan lebat, angin kencang, hingga hujan es.

"Fenomena seperti hujan es atau angin kencang sangat mungkin terjadi dalam situasi ini, terutama di wilayah dataran tinggi dan pegunungan tengah Jawa Tengah," katanya.

Potensi di Dataran Tinggi

Menurut BMKG, wilayah yang paling berpotensi mengalami peningkatan curah hujan selama periode 27–30 Juli meliputi kawasan Pegunungan Tengah, dataran tinggi, dan pesisir selatan Jawa Tengah.

Kondisi ini, lanjut Ferry, tidak hanya terbatas di Jawa Tengah. 

Gelombang Rossby yang aktif turut memengaruhi cuaca di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, termasuk Jawa Timur.

Meski saat ini, secara klimatologis, Indonesia sedang berada dalam musim kemarau, Ferry menyebut bahwa kondisi yang terjadi bisa dikategorikan sebagai kemarau basah.

Baca juga: Fenomena Langka Wilayah Boja Kendal Diguyur Hujan Es Batu

Kemarau basah adalah masa kemarau yang tetap disertai hujan lokal berintensitas tinggi akibat pengaruh dinamika atmosfer tertentu.

"Musim hujan secara umum baru akan masuk pada akhir Oktober. Jadi, saat ini, masih dalam masa transisi dengan potensi cuaca ekstrem yang bisa muncul sewaktu-waktu," ujarnya.

BMKG mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan, semisal lereng pegunungan dan dataran tinggi, untuk mewaspadai dampak lanjutan dari cuaca ekstrem.

Dampak yang dimaksud di antaranya banjir lokal, longsor, pohon tumbang, dan kerusakan akibat hujan es. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved