Berita Banyumas
Derita Pedagang Pakaian Pasar Wage: Digerus Pasar Online hingga Gaptek. Apa Solusi Pemkab Banyumas?
Gagap teknologi bikin pedagang pakaian Pasar Wage Purwokerto semakin kalah saing dalam penjualan. Pemkab Banyumas bakal beri admin medsos.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Perkembangan pasar daring atau online menambah derita pedagang pakaian di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Di tengah persaingan usaha pasar, mereka harus bertahan dengan kondisi sepinya pembeli.
Di Pasar Wage Purwokerto, para pedagang menempati Blok A Lantai 1.
Lokasi ini dinilai tidak strategis. Hingga akhirnya, sejumlah pedagang pindah ke lorong pasar yang mudah dijangkau pembeli.
Hal ini membuat pedagang pakaian yang tertib menempati lapak di Blok A makin sepi pembeli.
"Harusnya, semua yang di lorong Pasar Wage masuk ke area dalam pasar jadi para pembeli mau masuk ke dalam dan lihat-lihat dagangan kami."
"Bilangnya, pedagang yang di lorong kalau dipindah ke dalam malah gak laku," keluh Yance, pedagang pakaian yang berjualan di Pasar Wage Purwokerto sejak 1980-an, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: Beda Nasib Pedagang di Pasar Wage Purwokerto: Satu Cuan Live TikTok, Lainnya Pasrah Tunggu Pembeli
Akibat pembeli pasar yang sepi, kata Yance, sebagian pedagang kini mencoba bertahan dengan mengikuti event luar pasar, seperti Sunday Morning di GOR Satria, Purwokerto.
"Di sana lumayan ada pembeli, daripada nunggu di pasar yang makin sepi," ujar Yance.
Namun, berjualan di Sunday Morning pun tidak sepenuhnya bisa diandalkan.
Apalagi, pedagang hanya bisa berjualan sekali sepekan, setiap hari Minggu.
Gagap Teknologi
Saat ditemui, Priyo (52), pedagang pakaian di Pasar Wage Purwokerto, duduk lesu di depan lapak dagangannya.
Tumpukan dan baju-baju tergantung yang ditata sejak pagi, sama sekali belum ada yang memegang, bahkan menawar.
Berdagang pakaian di pasar sejak 1993, Priyo mengaku baru kali ini merasakan jualannya benar-benar lesu tak bergairah.
Meski begitu, dia tetap menyusun rapi dagangannya, berharap ada satu-dua pembeli yang datang.
Sudah tiga hari terakhir tak satu pun baju yang dijajakan di pasar tersebut terjual.
Dia mengakui, tren belanja online memengaruhi penjualan pakaian.
"Kadang tiga hari gak laku sama sekali. Paling, sehari cuma dapat Rp20 ribu," ujar Priyo.
Ia menjual berbagai aneka baju, ada yang baru ada pula yang bekas.
Harga baju-baju itu bermacam-macam, mulai Rp15 ribu per potong untuk baju bekas layak pakai.
Sementara, baju-baju baru dipatok Rp50 ribu hingga Rp100 ribuan per potong.
Baju-baju tersebut dia dapat dari suplier.
Untuk menopang ekonomi keluarga, sang istri berjualan makanan secara daring, seperti nasi goreng, di rumah.
"Apa-apa sekarang online, apa-apa murah."
"Kita di pasar jadi makin sepi," kata Priyo, sambil menatap dagangannya.
Baca juga: Respons Cepat PDAM Banyumas: Aduan Kebocoran Pagi Hari, Siang Sudah Tuntas Ditangani
Priyo belum berniat menjual dagangan secara daring seperti yang dilakukan sang istri.
Kondisi serupa juga dialami pedagang lain, Lilis (50), yang sudah berjualan sejak mengikuti orangtuanya di pasar lama, jauh sebelum Pasar Wage pindah ke lokasi sekarang, sekitar tahun 1970-an.
Ia mengaku, penghasilannya tidak menentu.
"Paling, ada satu dua pembeli saja sehari. Sepi sekali sekarang," keluhnya.
Ia merasa tak mampu beradaptasi dengan sistem jualan online seperti anak-anak muda.
"Saya tidak bisa jualan online, ndak ngerti caranya."
"Umur juga sudah segini," ucapnya.
Meski tergerus zaman, masih ada pembeli setia seperti Harni (40), yang sesekali datang membeli pakaian langsung ke pasar.
"Kalau langsung ke pasar kan bisa lihat ukuran, bisa pegang bahannya."
"Tapi, memang ya tetap di online lebih murah," ujarnya sambil memilih baju.
Pelatihan Digital bagi Pedagang
Menanggapi keluhan pedagang, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Banyumas, Gatot Eko Purwadi mengatakan, pihaknya berencana mengadakan pelatihan digitalisasi kepada para pedagang dan paguyuban pasar.
"Tahun ini, anggaran masih kami usulkan karena Pak Bupati juga baru menjabat."
"Tapi, ke depan, akan ada pelatihan agar pedagang tidak lagi sepenuhnya konvensional," katanya.
Baca juga: Aduan Warga Soal Jalan Rusak di Kalibagor Direspons Cepat DPU Banyumas, Perbaikan Masuk Program
Gatot menyebut, salah satu solusi adalah menyediakan admin media sosial untuk masing-masing pasar.
"Kita edukasi dan rangkul anak-anak muda kreatif."
"Nanti ada pendampingan, jadi setiap pasar punya minimal satu admin untuk bantu pedagang yang gaptek," tambahnya.
Langkah ini diharapkan dapat membantu pedagang beradaptasi dengan pola belanja baru yang serba digital.
Namun, seberapa efektif rencana ini di tengah minimnya kesiapan pedagang sepuh? Masih jadi tantangan tersendiri. (*)
Motor Honda Jadi Primadona Tempat Rental di Purwokerto: Disukai Wisatawan, Stylish dan Irit |
![]() |
---|
Perempuan Banyumas Siap Gugat Mantan Kekasih Rp1 Miliar: 9 Tahun Dijanjikan Nikah, Kini Ditinggal |
![]() |
---|
Pencuri Motor di Sokaraja Banyumas Tertangkap setelah 5 Bulan, Terungkap saat Tawarkan ke Pembeli |
![]() |
---|
Pembeli Rumah Mewah di Purwokerto Mengadu ke Peradi, Ternyata Tidak Memiliki IMB |
![]() |
---|
Tingkatkan Kompetensi Kebahasaan, FKIP UMP Jalin Kerja Sama Strategis dengan Balai Bahasa Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.