Berita Banyumas
Siswa SMKN 2 Purwokerto Keluhkan Menu MBG, Kurang Variatif dan Terlambat Dikirim
sejumlah siswa menyampaikan keluhan terkait kualitas dan pengiriman makanan yang disediakan.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan sejak awal 2025 di Kabupaten Banyumas disambut baik oleh pelajar SMKNegeri 2 Purwokerto.
Namun, sejumlah siswa menyampaikan keluhan terkait kualitas dan pengiriman makanan yang disediakan.
SMKN 2 Purwokerto tercatat sebagai salah satu sekolah pertama yang menerima program MBG di Kabupaten Banyumas, tepatnya sejak 13 Januari 2025.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Retno Agustini, mengatakan pihak sekolah sudah melakukan sosialisasi kepada siswa sejak awal saat dapur MBG di Brobahan, Kelurahan Kranji Purwokerto berhenti beroperasi sementara.
Sempat diberitakan dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) di bawah pengelolaan Badan Gizi Nasional-Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kelurahan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur, sempat dihentikan sementara, pada Rabu (14/5/2025) sampai Kamis (15/5/2025).
Baca juga: Wabup Purbalingga Dimas Ajari Siswa Jadi Crazy Rich yang Menginspirasi
"Kami menerima program MBG sejak 13 Januari dan ketika ada penghentian sementara, kami sudah mengumumkan kepada para siswa lebih dulu," jelasnya.
Jumlah penerima MBG di sekolah ini mencapai 1.508 siswa, yang mayoritas berasal dari kelas 10 dan 11.
Siswa kelas 12 tidak terlibat dalam program ini karena telah menjalani kegiatan magang sejak awal tahun ajaran.
Meski secara umum program ini membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan makan siang, keluhan tetap muncul terutama terkait porsi, menu, dan pengiriman.
"Kadang porsinya kurang, menunya juga gitu-gitu aja, dan sering telat datangnya," ujar salah satu siswa," Yosafat Arunaseta kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (16/5/2025).
Namun demikian dirinya juga mengaku terbantu dengan adanya MBG karena bisa lebih hemat.
Ia juga mengeluhkan soal rasa makanan yang disajikan.
"Aku kurang suka sama sayurannya, agak hambar.
Kadang lauknya asin banget, kadang juga tidak ada rasanya.
Jadi kadang aku sisain," imbuh Yosafat.
Sebelum program MBG berjalan, mayoritas siswa SMKN 2 membawa bekal sendiri dari rumah karena kantin sekolah dinilai sempit dan terlalu ramai.
"Kalau makan di kantin sempit dan ramai, jadi mending makan yang dikasih lewat MBG.
Tapi karena sudah biasa bawa sendiri juga, tidak kaget kalau harus masak lagi di rumah," tambahnya.
Pihak penyedia makanan dari MBG menyebut beberapa kendala teknis sempat terjadi dan menjadi alasan keterlambatan maupun ketidaksesuaian porsi dan menu. (jti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.