Berita Jateng

Tantangan Guru di Pulau Genting Karimunjawa Jepara: Susah Sunyal, Tak Ada Transportasi Umum

Guru di Pulau Genting Karimunjawa Jepara berharap perhatian pemerintah. Mereka meminta penyediaan transportasi umum dan akses layanan kesehatan.

Penulis: hermawan Endra | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/HERMAWAN ENDRA
GURU PULAU TERPENCIL - Angger Bagus Iswanto, guru SD Negeri 5 Karimunjawa ditemui di Pulau Genting, Karimunjawa, Jepara, Jumat (9/5/2025). Banyak tantangan yang dialami Angger sebagai guru di pulau terpencil. 

Angger sempat kena tegur atasan karena harus pulang ke rumah lantaran istri melahirkan lebih cepat dari perkiraan.

Jarak rumah dan tempat kerja yang jauh mempengaruhi jadwalnya mengajar.

Dia mengatakan, tak ada transportasi umum di Pulau Genting.

Warga hanya mengandalkan kapal-kapal yang melintas dan mau singgah di pulau tersebut.

Hal ini berbeda dengan kepulauan lain di Karimunjawa, seperti Pulau Nyamuk dan Parang, yang memiliki kapal transportasi reguler Banawa dengan biaya yang relatif murah, yaitu sekitar Rp30 ribu-Rp40 ribu. 

Namun, di Pulau Genting, warga harus jauh-jauh hari mempersiapkan perjalanan dan berharap ada kapal yang mau menerima tumpangan.

Sementara, untuk mencarter kapal, warga harus membayar Rp500.000 untuk sekali berangkat.

Bagi Angger, ini tentu memberatkan. Apalagi, tak ada tunjangan transportasi meski dia berada di pulau terpencil.

Gaji yang dia terima sama dengan gaji guru di Jepara, wilayah dengan banyak pilihan transportasi umum.

Padahal, guru di Pulau Nyamuk dan Parang di Karimunjawa, mendapat tunjangan transportasi.

Sementara, secara geografis, Pulau Genting lebih sulit dijangkau daripada dua pulau tersebut.

"Guru di Pulau Nyamuk dan Parang dapat tunjangan guru terpencil, namun di Pulau Genting tidak ada karena masalah administratif," kata Angger.

Baca juga: Perbaiki Ruas Jalan Karimunjawa, Pemkab Jepara Gelontarkan Anggaran Rp 800 Juta

Masalah transportasi juga mengakibatkan pasokan bahan pangan terbatas.

Saat cuaca buruk, pasokan makanan menjadi terbatas.

Seringkali, Angger yang tinggal di rumah dinas itu mengandalkan hasil tangkapan laut pemberian warga ataupun sayuran yang ditanam warga.

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved