Berita Jateng

Kisah Pemuda Kebumen Sukses Ekspor Anyaman ke Berbagai Negara, Tak Takut Perang Dagang Global

kerajinan anyaman seperti tas, sepatu, topi, serta berbagai aksesoris berbahan daun pandan produksinya tersebut diminati mancanegara.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: khoirul muzaki
Idayatul Rohmah
Owner Kampoeng Anyaman tampak sedang menunjukkan produk anyaman berbahan daun pandan dalam pameran UMKM Gayeng di Pollux Mall Paragon Semarang, Senin (5/5/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Produk kerajinan lokal kian diminati pasar luar negeri. Hal itu menjadi kesempatan pelaku UMKM kerajinan di Jawa Tengah untuk memperluas jangkauan penjualan produk mereka ke lebih banyak negara.


Kesempatan inilah yang dimanfaatkan Danang Sudrajat, pemilik usaha kerajinan "Kampoeng Anyaman" di Kebumen, Jawa Tengah.


Meski dihadapkan tantangan perang dagang yang diterapkan Presiden Amerika Serikat ke beberapa negara, Danang mengaku minat pasar luar negeri terhadap produk berbahan pandan yang dihasilkannya masih tinggi.


Bahkan, sebutnya, ia kini coba perluas ekspor dengan merambah pasar baru.


"Kami sudah dua tahun ini rutin kirim ke Malaysia, ada 4 buyer. Dari jumlah itu yang rutin teken kontrak ada 1 buyer.


Kemudian ke China, kemarin kami sudah kirim sampel namun belum deal kontrak. Kalau PO 'purchase order' turun, nanti akan dipesan 100.000 pcs topi," ungkap Danang di sela mengikuti pameran UMKM Gayeng di Pollux Mall Paragon Semarang, Senin (5/5/2025).

Baca juga: Apa Kabar Bandara Soedirman Purbalingga? Akses Jalan Linggamas Menuju Bandara Rusak Parah


Danang melanjutkan, kerajinan anyaman seperti tas, sepatu, topi, serta berbagai aksesoris berbahan daun pandan produksinya tersebut diminati mancanegara.


Ia menyebutkan, Malaysia merupakan pasar terbesarnya saat ini dengan permintaan pengiriman 10 hari sekali.


"Market yang lagi bagus, kami punya kontrak kerja sama dengan Malaysia 10 hari sekali, kirim. Permintaannya sekitar 300-500 pcs. Paling besar kemarin setengah kontainer ke Malaysia," sebutnya.


Selain negara tetangga, ia menyebut juga telah merambah pasar ekspor di negara lain seperti Belgia dan Perancis.


Ia menyebutkan, dalam satu bulan, Kampoeng Anyaman tersebut mampu memproduksi antara 2.000-5.000 pcs produk dengan melibatkan sebanyak 200 tenaga lokal untuk menganyam.


"Kita kirim lagi bulan depan New Zealand."


"Kalau peminat domestik, selama ini masih didominasi Bali, Lombok, Jogja, dan Jakarta," bebernya.


Danang melanjutkan, pasar luar negeri memiliki minat tinggi terhadap produk kerajinan lokal dengan warna-warna natural.


Untuk pasar luar negeri, ia menyebut sering mendapat orderan produk dengan warna asli dari bahan dasar alam dan tambahan aksesoris yang minimal.


Danang menambahkan, permintaan jenis produk sendiri bersifat menyeluruh karena mereka biasanya beroperasi dengan sistem wholesale, di mana pelanggan memesan sesuai kebutuhan.


"Jadi, kami produksi berdasarkan PO," ucapnya.


Sementara untuk domestik, menurutnya, warna-warna cerah paling diminati dengan tambahan lebih banyak aksesoris.


"Harga produk kami mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 750.000, sehingga kami menyasar segmen dari menengah ke bawah hingga ke atas," sebutnya.


Mengenai pengaruh perang dagang yang diterapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap sejumlah negara, Danang menyatakan bahwa saat ini mereka belum merasakan dampak signifikan.


Sebab, menurutnya, AS selama ini bukan menjadi pasar utama dari ekspor produk tersebut.


"Amerika belum pernah. Baru biasanya teman yang pameran di sana, ambil produk kami. Mungkin jika ada orderan dari sana, baru akan mempengaruhi kami," jelasnya.


Ia menyebutkan, imbas dirasakan saat ini yakni pengaruh terhadap jumlah pesanan dari beberapa negara, karena nilai kurs dolar dan bahan baku lainnya.


"Kadang pengaruh juga ke kebutuhan perajin; jika kurs naik, tetap akan berpengaruh pada kebutuhan pokok masyarakat, sehingga kami harus menaikkan harga," jelasnya.

Baca juga: Bukan Hanya Ahli Nasab, KH Imaduddin Karang Kitab Ushul Fikih Raudatul Jami Fi Syarhi Jam’il Jawami


Ia mencatat bahwa efek kenaikan harga bahan baku pendukung seperti lem masih berada di bawah 5 persen.


Untuk mengantisipasi fluktuasi harga, Danang menjelaskan, harga bagi pelanggan yang sudah langganan tetap belum dinaikkan.


Namun, harga untuk buyer baru sudah mengalami kenaikan.


"Kami naikkan 10 persen untuk menjaga keamanan dalam menghadapi gejolak pasar," bebernya. (idy)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved