Berita Jateng

Solar dari Sampah Buatan Warga Grobogan Diklaim Lebih Bagus dari Produk Pertamina, Benarkah?

Solar hasil olahan ini bukan sekadar eksperimen. Teknologinya didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan kualitasnya telah diuji.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: khoirul muzaki
Fachri Sakti N/Tribun Jateng
BUMDES KUWARIRON JAYA: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya berhasil mengubah sampah plastik menjadi solar berkualitas tinggi — bahkan diklaim melebihi solar komersial milik Pertamina. Capaian ini menjadi salah satu bukti keberhasilan BUMDes Kuwariron Jaya di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali, yang sejak akhir 2019 memimpin transformasi desa melalui pengelolaan sampah terpadu. 

Aset BUMDes yang dulunya bermodal kecil kini telah menembus angka Rp 850 juta dalam waktu lima tahun.

"Lima belas tenaga kerja kita gaji harian, kemudian dia menghidupi istri dan anak, itu melebihi program makan gratis lho, ini memberi makan anak, istri dan keluarga tiga hari sekali, tulang punggungnya kerja di BUMDes, keren tho."

"Itu termasuk keuntungan, jangan dilihat dari sisi keuntungannya berapa, dan selama lima tahun alhamdulillah aset kami sudah menembus Rp 850 juta dari modal yang tidak banyak," tuturnya.

Kunci BUMDes Sehat: Sinergi dan Inovasi

Ali menyebut ada lima syarat utama agar sebuah BUMDes bisa berjalan sehat dan berkembang.

Yakni pemahaman pemerintah desa terhadap fungsi BUMDes, kapasitas pengelola, sinergi antara pemerintah desa dan pengelola BUMDes, modal yang memadai, serta status badan hukum.

"Yang pertama, pemahaman pemerintah desa, terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD, bagaimana mereka memahami tentang keberadaan BUMDes, buat pantes-pantes atau benar-benar sebagai alat."

"Yang kedua pengelola BUMDes sejauh mana pemahamannya tentang BUMDes, kalau pengelola BUMDesnya paham walaupun tidak dimodali desa ya bisa jalan, maka dibutuhkan inovasi."

“Kalau pengelola BUMDes dan pemerintah desa sama-sama tidak paham, ya sudah ‘the end’.”

"Yang ketiga sinergi pemerintah desa dan pengelola BUMDes, yang keempat modal, yang kelima adalah berbadan hukum. Kelima ini harus jalan," tegasnya.

Selain sinergi dengan pemerintah desa, keberhasilan pengelolaan sampah di Kuwaron juga tidak lepas dari kolaborasi dengan RT dan RW.

"BUMDes tidak bisa berjalan sendiri, harus sinergi dengan pemerintah desa," pungkasnya.

Dengan inovasi, sinergi, dan semangat sosial yang kuat, BUMDes Kuwariron Jaya menjadi contoh konkret bahwa solusi atas persoalan lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved