Berita Jateng

Solar dari Sampah Buatan Warga Grobogan Diklaim Lebih Bagus dari Produk Pertamina, Benarkah?

Solar hasil olahan ini bukan sekadar eksperimen. Teknologinya didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan kualitasnya telah diuji.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: khoirul muzaki
Fachri Sakti N/Tribun Jateng
BUMDES KUWARIRON JAYA: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya berhasil mengubah sampah plastik menjadi solar berkualitas tinggi — bahkan diklaim melebihi solar komersial milik Pertamina. Capaian ini menjadi salah satu bukti keberhasilan BUMDes Kuwariron Jaya di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali, yang sejak akhir 2019 memimpin transformasi desa melalui pengelolaan sampah terpadu. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN- Inovasi luar biasa datang dari Desa Kuwaron, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.


Bukan dari perusahaan besar, melainkan dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kuwariron Jaya yang berhasil mengubah sampah plastik menjadi solar berkualitas tinggi — bahkan diklaim melebihi solar komersial milik Pertamina.

Capaian ini menjadi salah satu bukti keberhasilan BUMDes Kuwariron Jaya di bawah kepemimpinan Drs Ali Sadzali, yang sejak akhir 2019 memimpin transformasi desa melalui pengelolaan sampah terpadu.

“Plastik kresek, bungkus gula, dan plastik rumah tangga itu tidak bisa diurai tanah. Maka kami berinovasi membuatnya menjadi solar,” ujar Ali, saat ditemui TribunJateng.com.

Solar hasil olahan ini bukan sekadar eksperimen. Teknologinya didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan kualitasnya telah diuji.

“Kualitas solar kami lebih tinggi dari solar yang dijual Pertamina. Sudah dites BRIN Pusat,” kata Ali bangga.

Baca juga: Satpol PP Usir PKL dan Jasa Mainan di Alun-alun Kebumen, Sudah Ditegur Tapi Bandel

Inovasi dari Keterbatasan

Berawal dari kegelisahan atas persoalan sampah dan keterbatasan modal, BUMDes Kuwariron Jaya mulai mengembangkan lima unit usaha, mulai dari pengelolaan sampah, pelatihan kerja, pertanian, jasa konstruksi, hingga perdagangan.

Namun, unit pengelolaan sampah menjadi yang paling menonjol dan berkontribusi besar pada keberhasilan BUMDes hingga kini.

"Selama manusia hidup, sampah akan selalu ada. Maka, ini bisa jadi bisnis yang tidak akan pernah mati,” ujar Ali.

Sampah yang dikumpulkan dipilah menjadi dua jenis, organik dan non-organik. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah plastik rumah tangga diolah menjadi solar menggunakan mesin dari BRIN.

Sayangnya, karena keterbatasan kapasitas produksi, solar hasil olahan tersebut baru digunakan oleh warga desa Kuwaron.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Inovasi ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat.

Saat ini, BUMDes Kuwariron Jaya telah menyerap 15 tenaga kerja lokal yang digaji harian dan membantu menopang ekonomi keluarga mereka.

Aset BUMDes yang dulunya bermodal kecil kini telah menembus angka Rp 850 juta dalam waktu lima tahun.

"Lima belas tenaga kerja kita gaji harian, kemudian dia menghidupi istri dan anak, itu melebihi program makan gratis lho, ini memberi makan anak, istri dan keluarga tiga hari sekali, tulang punggungnya kerja di BUMDes, keren tho."

"Itu termasuk keuntungan, jangan dilihat dari sisi keuntungannya berapa, dan selama lima tahun alhamdulillah aset kami sudah menembus Rp 850 juta dari modal yang tidak banyak," tuturnya.

Kunci BUMDes Sehat: Sinergi dan Inovasi

Ali menyebut ada lima syarat utama agar sebuah BUMDes bisa berjalan sehat dan berkembang.

Yakni pemahaman pemerintah desa terhadap fungsi BUMDes, kapasitas pengelola, sinergi antara pemerintah desa dan pengelola BUMDes, modal yang memadai, serta status badan hukum.

"Yang pertama, pemahaman pemerintah desa, terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD, bagaimana mereka memahami tentang keberadaan BUMDes, buat pantes-pantes atau benar-benar sebagai alat."

"Yang kedua pengelola BUMDes sejauh mana pemahamannya tentang BUMDes, kalau pengelola BUMDesnya paham walaupun tidak dimodali desa ya bisa jalan, maka dibutuhkan inovasi."

“Kalau pengelola BUMDes dan pemerintah desa sama-sama tidak paham, ya sudah ‘the end’.”

"Yang ketiga sinergi pemerintah desa dan pengelola BUMDes, yang keempat modal, yang kelima adalah berbadan hukum. Kelima ini harus jalan," tegasnya.

Selain sinergi dengan pemerintah desa, keberhasilan pengelolaan sampah di Kuwaron juga tidak lepas dari kolaborasi dengan RT dan RW.

"BUMDes tidak bisa berjalan sendiri, harus sinergi dengan pemerintah desa," pungkasnya.

Dengan inovasi, sinergi, dan semangat sosial yang kuat, BUMDes Kuwariron Jaya menjadi contoh konkret bahwa solusi atas persoalan lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved