Gas 3 Kg Di Mana mana Langka

Manfaatkan Gas Rawa, Warga Rajek Grobogan Tak Pusing Elpiji Langka

Warga desa ini tak perlu khawatir lagi soal pasokan gas, karena mereka mendapatkan pasokan gas langsung dari alam, tepatnya dari bawah tanah mereka

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: Rustam Aji
TRIBUNJATENG/FACHRI SAKTI NUGROHO
PAKAI GAS RAWA:   Sarmadi menyalakan kompor gas rawa di rumahnya. Di tengah kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang melanda berbagai daerah, Warga Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, manfaatkan gas rawa. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN - Ketika banyak warga kelimpungan cari gas, hal ini tak berlaku bagi warga Desa Rajek, Kecmatan Godong, Grobogan.

Pasalnya, soal pasokan gas, mereka mendapatkan pasokan gas langsung dari alam, tepatnya dari bawah tanah mereka sendiri.

Keberuntungan ini berawal dari penggalian sumur yang dilakukan oleh warga Desa Rajek.

Ketika sumur digali hingga kedalaman tertentu, muncul air yang bercampur dengan gas.

Ternyata, di bawah tanah desa ini tersimpan gas alam dengan kadar yang cukup tinggi, yang selama ini tidak diketahui oleh siapapun.

Penemuan ini tentu menjadi berkah bagi warga setempat.

Baca juga: Rizal Bawazier Minta Truk Besar dan Kontainer Tidak Lewat Jalan Kota Pekalongan: Jalan Rusak

Alih-alih bergantung pada pasokan gas elpiji dari luar, mereka kini memiliki sumber energi yang lebih terjangkau dan lebih mudah diakses, langsung dari tanah mereka sendiri.

Kabar ditemukannya gas ini terdengar oleh Pemerintan Daerah Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah.

Mereka lantas turun untuk mengecek lokasi dan membantu warga untuk memanfaatkan gas tersebut sebagai sumber energi.

"Ditemukan adanya gas ini karena penggalian sumur dari tempate Mbah Kiai pada tahun 2013, kemudian tahun 2017 dilakukan pengeboran dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah untuk mencari gas ini," tutur Sarmadi, pengelola gas rawa Desa Rajek kepada TribunJateng.com, Jumat (7/2/2025).

Pemerintah juga memberikan bantuan berupa instalasi atau panel khusus yang berfungsi untuk mengalirkan gas alam ke rumah-rumah warga.

Dengan instalasi tersebut, gas bisa disalurkan langsung ke rumah-rumah, menggantikan penggunaan gas elpiji yang selama ini menjadi kebutuhan pokok warga.

Gas Rawa Menjangkau Puluhan Rumah

Saat ini, puluhan rumah di Desa Rajek telah merasakan manfaat dari keberadaan gas alam ini.

Para warga tidak lagi perlu repot-repot membeli gas elpiji dari pemerintah atau pengecer, yang sering kali sulit didapatkan atau harganya melonjak saat terjadi kelangkaan.

Semua kebutuhan rumah tangga yang terkait dengan gas, seperti memasak dan keperluan lainnya, kini bisa dipenuhi dengan lebih mudah dan terjangkau.

Baca juga: Jalur Rel Gubug Grobogan Diperbaiki, Keterlambatan Kereta Api Kini Hanya 5 Menit

"Untuk saat ini yang masih aktif sekitar 18 sampai 20 rumah warga," kata Sarmadi.

"Awalnya keluhannya lama buat memasak, sehingga warga sempat tidak mau memakai, tapi kini sudah menemukan caranya agar apinya cepat buat memasak," imbuhnya.

Pemerintah Desa Rajek memiliki harapan besar agar seluruh warga desa tanpa terkecuali bisa menikmati manfaat dari gas alam yang melimpah ini.

Proses pengaliran gas ke seluruh rumah warga masih terus berlangsung, dan diharapkan dapat segera selesai dalam waktu dekat, sehingga setiap rumah di Desa Rajek bisa menikmati kemudahan ini.

Keberadaan gas alam ini tentu membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Rajek, tidak hanya dari segi kemudahan akses energi, tetapi juga dari sisi ekonomi.

Mereka tidak lagi terbebani dengan biaya pembelian gas elpiji yang sering kali fluktuatif, apalagi di tengah ketidakpastian pasokan.

"Kalau dibanding gas elpiji satu rumah tangga dalam satu bulan bisa habis dua sampai tiga tabung, apalagi kalau keluarga besar, bisa lebih banyak."

"Kalau pakai gas rawa ini harus lebih murah dari gas elpiji."

Baca juga: Pasien Tumor Terpaksa Menumpang Truk ke Rumah Sakit, Mobil Terjebak Banjir di Pantura Kaligawe

"Semoga gas ini bisa dimanfaatkan warga Desa Rajek dan meringankan beban pengeluaran karena gas elpiji lebih mahal," harap Sarmadi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Siti Aminingsih yang sudah delapan tahun menggunakan gas rawa untuk keperluan sehari-hari, terutama untuk memasak.

Selama itu, Ia merasa sangat terbantu dengan keberadaan gas rawa yang melimpah di bawah tanah desanya, yang dikelola oleh pemerintah desa.

Selama bertahun-tahun menggunakan gas rawa, Siti tidak merasakan adanya masalah atau gangguan yang berarti.

"Alhamdulillah saya menggunakan hampir delapan tahun, selama saya memakai gas rawa selalu aman tidak ada kendala," ujarnya dengan senyuman.

Bagi Siti, perbedaan penggunaan gas rawa dan gas elpiji terasa sangat jelas.

"Perbedaannya banyak, kalau gas rawa sekarang masih gratis dan aman, kalau gas elpiji beli juga mahal susah nyarinya," ungkapnya.

Dengan adanya gas rawa yang gratis dan tersedia sepanjang waktu, Siti merasa lebih tenang dan terbantu.

Dari sisi kinerja, gas rawa juga memiliki keunggulan yang membuatnya semakin nyaman untuk digunakan.

"Kalau buat memasak gas rawa apinya lebih besar daripada elpiji, apinya lebih biru, tidak ada bau, lebih aman, lebih hemat dan lebih nyaman," jelasnya.

Tak ingin sendiri merasakan berkah yang ada di desanya, Siti berharap agar pengelolaan gas rawa ini bisa terus diperbaiki dan dikembangkan.

"Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Pemerintah Desa Rajek yang mengelola gas rawa."

"Harapannya semoga diperbaiki terus bisa disalurkan biar semua merasakan memasak dengan gas rawa," ungkapnya dengan penuh harap.

Tidak Habis Dipakai Selama Ratusan Tahun

Dikutip dari Kompas.com tahun 2017 lalu, Ketua Ahli Geologi yang meneliti di Desa Rajek, Handoko Teguh Wibowo, mengatakan gas alam di Desa Rajek tergolong sebagai gas rawa, yaitu gas alam yang bersemayam di kedalaman yang dangkal.

Gas yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan itu ditemukan di kedalaman sekitar 30 hingga 40 meter.

"Luar biasa kandungan gas rawa di Desa Rajek. Gas rawa di Desa Rajek berada di kedalaman 30 meter hingga 40 meter. Lokasinya di spot-spot tertentu. Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal," ungkap Handoko Teguh Wibowo.

Dia melanjutkan, usia gasnya lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter.

Kandungan Metana (CH4) lebih banyak. Secara geologi, kami yakin jika dibor di kedalaman yang lebih dalam lagi, akan lebih banyak lagi kandungan gas alam yang tersimpan di Desa Rajek.

Lulusan S2, Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA itu berhasil mencetuskan ide untuk mengalirkan gas rawa ke setiap rumah warga sebagai pengganti tabung gas elpiji.

Dari titik lokasi pengeboran, air yang mengandung gas rawa itu dialirkan melalui pipa atau pipanisasi menuju separator.

Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang berfungsi untuk memisahkan air dan gas.

"Air kami buang dan gas kami alirkan melalui pipa ke kompor warga. Di selang pada kompor kami beri stop kran dan regulator untuk mengatur kestabilan gas,"katanya.

Dia jamin peralatan mini yang dibuat ini aman dan nyaman.

Ini percontohan pertama di Indonesia yang mengalirkan gas rawa ke kompor warga.

"Gas rawa sama fungsinya dengan gas alam lain. Untuk bahan bakar industri, kendaraan bermotor, kebutuhan memasak rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya," tutur Handoko yang juga dosen di jurusan Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhitama Surabaya (ITATS).

Untuk gas rawa di Desa Rajek bisa saja dialirkan ke seluruh rumah warga maupun digunakan untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat yang lain.

Gas rawa Desa Rajek jika terus dipakai diprediksi bisa sampai seratus tahun baru habis. (fachri)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved