Berita Demak

Museum Glagah Wangi, Jejak Peradaban Kuno di Bekas Gudang Opium Demak yang Tak Diminati

Benda-benda cagar budaya ini tersimpan rapi di seperempat ruang dari total luas bangunan 40 x 10 meter yang dinamai Museum Glagah Wangi.

Editor: Rustam Aji
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
Seorang penjaga menunjukkan watu umpak, yang diperkirakan sisa bangunan Kraton Demak di Museum Glagah Wangi, Jumat (17/1/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, DEMAK - Kabupaten Demak tidak hanya terkenal dengan Masjid Agung peninggalan Sunan Kalijaga, tetapi juga kaya akan peninggalan peradaban kuno.

Adalah bekas gudang opium peninggalan Belanda di Kabupaten Demak, yang kini dijadikan sebagai Museum Glagah Wangi, seolah jadi saksi.

Benda-benda cagar budaya ini tersimpan rapi di seperempat ruang dari total luas bangunan 40 x 10 meter di Museum Glagah Wangi. 

Tapi sayangnya, benda-benda berharga di zamannya itu, seolah kini menjadi kuburan sunyi peradaban masa lalu di tengah kota.

Isi museum menyiratkan adanya peradaban dan kepercayaan lain di zaman itu, selain kerajaan Islam pertama di tanah Jawa seperti yang dikenal banyak orang. 

Di antaranya, Arca Maha Dewa, Batu Patung Mergis, Patung Setengah Badan, dan gerabah bekal kubur. 

Baca juga: Polisi Bekuk 4 Pencuri di Proyek Museum Sains Solo, Empat Pelaku Lainnya Masih Buron

Serta koleksi unggulan lainnya, yakni watu umpak yang diduga sisa Kerajaan Demak, fosil-fosil laut, pecahan piring Arya Penangsang, dan benda-benda cagar budaya lainnya.

Beberapa dalam kondisi baik, sementara sebagian lainnya tak utuh lagi atau dalam kondisi rusak.

Museum Glagah Wangi berdiri sejak 2007 dengan surat keputusan (SK) Bupati Demak Nomor 556/83/2007.

Namun sayang, museum umum yang terletak di Jalan Sultan Fatah atau berjarak 100 meter dari Alun-alun Demak itu kurang dikenal dan diminati masyarakat. 

Berbanding terbalik dengan Museum Masjid Agung Demak yang cukup tersohor, di dalamnya banyak menyimpan sisa-sisa peradaban Islam Demak dan banyak dikunjungi wisatawan.

Pelaksana Perawatan Museum Glagah Wangi Demak, Muh Sudadi, semringah ketika Kompas.com berkunjung ke tempat kerjanya, Jumat (17/1/2025).

Kedatangan kami menjadi orang ke-12 dalam catatan buku tamu di tahun ini.

Bibirnya mengembang ramah, seolah memecah hening di hari-hari yang menjenuhkan tanpa teman bicara.

Baca juga: Baru Selesai Dibangun, Talud Museum dan Kampung Seni Borobudur Magelang Ambrol

"Ya beginilah suasananya, ada yang datang syukur, tidak ya bagaimana lagi," kata Sudadi sembari terkekeh, Jumat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved