Berita Jateng
Kompolnas Turun Tangan, Ada Jejak Digital Agar Kasus Siswa Ditembak Polisi di Semarang Terang
ada jejak digital yang menjadi bahan utama untuk bisa mengungkap peristiwa siswa tertembak polisi di Semarang.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, RAGEN - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sebut ada jejak digital yang menjadi bahan utama untuk bisa mengungkap peristiwa siswa tertembak polisi di Semarang.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Komisioner Kompolnas, Muhammad Choirul Anam seusai berkunjung ke kediaman keluarga korban GRO (17) di Padas Kelurahan Sine Kecamatan/Kabupaten Sragen pada Sabtu (30/11/2024) sore.
Seperti diketahui bersama, siswa SMKN 4 Semarang, GRO meninggal dunia usai tertembak polisi di Semarang pada Minggu (24/11/2024). Kepolisan telah melakukan ekshumasi makam GRO untuk melengkapi alat bukti penanganan kasus tersebut pada Jumat (29/11/2024).
Komisioner Kompolnas, Muhammad Choirul Anam menyampaikan, Kompolnas telah bertemu dengan sejumlah pihak untuk menggali informasi terkait kasus tersebut di Semarang selama beberapa hari.
Baik itu dengan bertemu pihak sekolah, keluarga korban, anak dan orang tua. Begitu juga penyidik dari kepolisian guna mengetahui penanganan kasus sudah dilakukan secara profesional apa belum dan temuan apa saya yang telah diperoleh.
Di sisi lain pihaknya juga memastikan informasi yang beredar di publik serta informasi faktual.
Baca juga: Misi Balas Dendam Persipa Pati Siap Robohkan Benteng Pertahanan Persijap
"Salah satu yang paling penting memang ada jejak digital di situ, sehingga jejak digital itu menjadi salah satu bahan utama untuk membuat terangnya peristiwa, membuat keadilan bisa ditegakkan," katanya kepada Tribunjateng.com, Sabtu sore.
Dia menerangkan, jejak digital itu dapat menggambarkan bagaimana peristiwa yang sebenarnya terjadi. Anam memastikan bahwa jejak digital itu ada dan diambil di tempat yang bisa menunjukan inti dari peristiwa.
"Yang pasti titik itu membawa kita bagaimana peristiwa, adanya penembakan, sampai hilangnya nyawa, itu salah satu yang paling penting di digital (jejak)," ungkapnya.
Terkait penanganan kasus semacam itu, terang Anam, pihaknya sebenarnya telah mengingatkan supaya pendekatan yang digunakan menggunakan perspektif anak. Pasalnya pendekatan untuk menangani kasus anak berhadapan dengan hukum dan orang dewasa itu berbeda. Di sisi lain sudah ada aturan baku mengenai penanganan anak yang berhadapan dengan hukum.
"Tolong sensitif terhadap problem anak-anak, apapun yang terjadi, anak-anak itu masa depan kita, bangsa kita," ucapnya.
Pihaknya berharap kasus serupa tidak terulang lagi dan penanganan terhadap kasus semacam itu tidak boleh menggunakan pendekatan menggunakan kekerasan. Menurutnya kejadian ini menjadi pembelajaran tidak hanya di Polda Jateng tapi juga Polda lain di Indonesia.
"Karena kekerasan terhadap anak-anak adalah langkah yang tidak tepat," jelasnya.
Komisoner Kompolnas, Supardi Hamid menambahkan, pihaknya mendorong kasus tersebut ditangani secara profesional, porposional dan menggunakan pendekatan anak.
Baca juga: Momen Menteri Abdul Muti Kaget Diteriaki Anak SD di Pati, Pak Sekolahku Teter
"Kami melihat antusiasme dari kepolisian untuk membuat kasus ini terang benderang sudah terlihat. Pertama pelaku penembakan yang sudah menjalani sidang kode etik dan tentu nanti dilanjutkan dengan pemeriksaan tindak pidananya," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.