Berita Jateng

Banjir dan Longsor Intip Jateng saat Penghujan, Pemprov Mulai Mitigasi Bancana

Pemerintah Provinsi Jateng mulai melakukan mitigasi bencana. Potensi bencana banjir dan tanah longsor di Jawa Tengah bisa terjadi saat musim penghujan

ist/dok pemprov jateng
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Provinsi Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan saat menyampaikan paparan kepada Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (1/11/2024). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Potensi bencana banjir dan tanah longsor di Jawa Tengah bisa terjadi saat musim penghujan. Pemerintah Provinsi Jateng mulai melakukan mitigasi bencana.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Jateng, potensi bencana yang mungkin terjadi pada musim penghujan adalah banjir dan longsor.

Setidaknya, ada sekitar 104.332 hektare daerah rawan banjir kelas tinggi dan 1.020.772 hektare daerah rawan longsor kelas tinggi.

Baca juga: Alasan Kabupaten Cilacap Supermarket Bencana, 33 Kecamatan Terancam Banjir dan Longsor

Upaya-upaya mitigasi perlu dilakukan, mengingat berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, bahwa musim ini akan berlangsung selama enam bulan, yakni sejak September 2023 hingga puncaknya pada Februari 2025.

"Langkah yang dilakukan adalah sudah ada kebijakan yang diterbitkan, lalu ada koordinasi, pendataan kesiapan sarana prasarana, peningkatan kesadaran masyarakat, aktivasi posko siaga bencana, pelatihan tim reaksi cepat, dan lainnya," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Provinsi Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan saat menyampaikan paparan kepada Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (1/11/2024).

Mitigasi ini penting, berkaca dari penanganan bencana selama musim kemarau yang berjalan cukup baik.

Berdasarkan  catatan BPBD Provinsi Jateng, pada periode 1 Januari-31 Oktober 2024, kebakaran hutan dan lahan di Jawa Tengah tercatat sebanyak 216 kejadian yang tersebar di 26 kabupaten/kota.

Baca juga: BPBD Purbalingga Perkuat Kesiapsiagaan dengan Bentuk Desa Tangguh Bencana

Luasan yang terdampak sekitar 251 hektare. Jumlah itu lebih rendah dari periode yang sama pada tahun 2023.

Yaitu 325 kejadian karhutla dan TPA di 32 kabupaten/kota. Luasan yang terdampak mencapai 795,665 hektare.

Bergas mengatakan, pola penanganan kekeringan pada tahun 2023 dan 2024 sangat terlihat.

Upaya yang dilakukan tidak hanya mengalokasi anggaran melalui APBD saja, tetapi sudah melibatkan Corporate Social Responsibilty (CSR) perusahaan.

Tahun 2024 ditambah dengan kekuatan APBN.

Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana menegaskan, mitigasi potensi bencana alam harus terus dilakukan.

Termasuk melakukan apel siaga dan pengecekan seluruh sarana prasarana serta logistik.

Baca juga: BPBD Bicara Potensi Gempa Megathrust di Batang, Sejumlah Instansi Lakukan Simulasi Mitigasi

Nana juga menyoroti perihal abrasi dan penurunan muka tanah di wilayah Pantura.

Ia berharap ada koordinasi antara BPBD dan dinas terkait termasuk Kementerian lembaga.

"Perbanyak tanam mangrove untuk mengurangi abrasi karena daerah Pantura juga ada penurunan tanah," jelasnya. (*)

Baca juga: Alarm Bencana Politik Menyala di Sejumlah Daerah di Jateng, Pengamat Undip: Ditandai Politik Dinasti

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved