Berita Jateng
Kirab Ampyang Maulid di Kudus, Momen Ribuan Warga Rebutan Gunungan Nasi Kepel
Ciri khas kirab budaya Ampyang Maulid Loram Kulon terletak pada tradisi berebut nasi kepel bungkus daun jati dan kerupuk warna-warni.
Penulis: Saiful Masum | Editor: khoirul muzaki
"Untuk total nasi kepel yang diperebutkan dan dikirab dari kepanitiaan dan masyarakat umum kurang lebih ada 10.000 bungkus," jelasnya.
Ketua Panitia Festival Ampyang Maulid, Abdul Rouf menambahkan, kontingen yang terlibat dalam pelaksanaan kirab kurang lebih berjumlah 38 kontingen. Terdiri dari tujuh kontingen lembaga pendidikan, dan 31 kontingen dari musala, masjid, dan UMKM.
Kata dia, setiap kontingen membawa gunungan, baik berupa gunungan nasi kepel ampyang maupun gunungan dalam bentuk hasil bumi seperti sayur-sayuran hingga buah-buahan.
Abdul Rouf menegaskan, festival kirab budaya Ampyang Maulid ini sudah dilestarikan masyarakat Loram Kulon sejak puluhan tahun yang lalu.
Saat ini tradisi tersebut masih terjaga dengan baik dengan melibatkan masyarakat dari Desa Loram Wetan, dan beberapa warga sekitar.
Satu tradisi yang paling ditunggu dalam festival Ampyang Maulid adalah berebut nasi kepel. Dilaksanakan pada puncak festival yaitu ujung kirab budaya yang digelar tepat pada 12 Rabiul Awal.
"Dahulu memang ampyang yang dimaksud adalah kerupuk warna-warni, kemudian ada nasi kepel yang dibungkus daun jati dengan cara dikepel-kepel. Sekarang secara lebih sederhana, ampyang ya berarti gunungan berisikan nasi kepel lengkap dengan lauk dan kerupuk sebagai selamatan untuk masyarakat," tutur dia.
Seroang warga, Darsini (56) mengatakan, setiap tahunnya masyarakat selalu menantikan kirab budaya Ampyang Maulid.
Selain menyaksikan keramaian kirab, warga juga menantikan tradisi berebut nasi kepel yang sudah disiapkan. Konon dipercaya membawa berkah untuk keluarga.
"Tadi dapat dua nasi kepel, ada anak juga dapat, nanti dimakan bareng di rumah," ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Mutrikah menerangkan, kirab budaya Ampyang Maulid di Loram Kulon mulai dikemas lebih meriah pada era 2010.
Baca juga: Alasan Bupati Tiwi Serahkan Bantuan Mobil Ambulans untuk PD Muhamamdiyah Purbalingga
Bertujuan untuk mengangkat potensi dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Loram Kulon yang pernah dijuluki sebagai Jepangnya Jawa Tengah. Di dalamnya mengandung beragam potensi desa wisata dalam bentuk kerajinan seperti kerajinan tas, bordir, hingga potensi kuliner dalam bentuk olahan bandeng.
Di mana masyarakat Loram Kulon memiliki jiwa entrepreneur yang cukup tinggi dan layak untuk dikenalkan dan dipromosikan kepada masyarakat luas. Satu di antaranya melalui festival budaya.
"Kearifan lokal dan budaya di Desa Wisata Loram Kulon luar biasa. Nah sejak 2010 lalu, kami kemas kegiatan perayaan maulid Nabi Muhammad di Masjid Wali At Taqwa dalam bentuk kirab budaya. Supaya potensi lokal Desa Loram Kulon terangkat," terang Mutrikah.
Pihaknya menyayangkan jika beragam potensi lokal di Desa Loram Kulon tidak bisa dikembangkan dan dipromosikan kepada masyarakat luas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.