Berita Banjarnegara

Belum Kebagian Embun Es di Dieng Banjarnegara? Ini Bulan-bulan Biasa Muncul Menurut BMKG

Embun es Dieng, Banjarnegara, biasa berlangsung saat musim kemarau. BMKG mengungkap penyebab munculnya embun es.

Editor: rika irawati
Kompas.com/Dok Aplikasi Cuaca Dieng
Embun Es menyelimuti pelataran candi di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. BMKG mengungkapkan, embun es Dieng biasa muncul Juni hingga September 2024. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Kemunculan embun es di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Tahun ini, sudah enam kali embun es atau mbun upas menyelimuti Dieng.

Embun es pertama muncul sepekan setelah Lebaran.

Kemudian, pada Juni, embun es muncul tiga hari berturut-turut.

Terakhir, embun es terlihat pada Jumat (12/7/2024).

Suhu udara saat embun es muncul bahkan mencapai minus 1,35 derajat celsius.

Lantas, sampai kapan fenomena embun es di Dieng akan berlangsung?

Baca juga: Dieng Banjarnegara Kembali Diselimuti Embun Es Setelah Tiga Pekan Diguyur Hujan

Tim Litbang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nurdeka Hidayanto mengatakan, fenomena embun es di Dieng berlangsung selama musim kemarau.

"Biasanya, berlangsung selama musim kemarau, yaitu dari bulan Juni hingga September," ujar Nurdeka saat dikonfirmasi, Senin (15/7/2024).

Dijelaskan Nurdeka, munculnya embun es di Dieng terjadi karena keadaan cuaca mendukung, di antaranya ditandai langit cerah disertai angin tenang.

Terlebih, pada malam atau dini hari, suhu udara di kawasan Dieng bisa semakin dingin hingga mencapai titik terendah sebelum matahari terbit.

Namun, untuk memprediksi lebih jauh soal waktu terjadinya embun es, diperlukan analisis mendalam terhadap pola iklim dan kondisi atmosfer di Dieng.

Penyebab Embun Es

Nurdeka menerangkan, peristiwa embun es bisa terjadi karena suhu udara di kawasan Dieng mengalami penurunan drastis, mencapai 0 derajat celsius pada malam dan dini hari.

Selain itu, langit cerah saat musim kemarau juga memengaruhi perubahan suhu di kawasan Dieng.

Hal ini terjadi karena tutupan awan yang minim ketika cuaca cerah bisa memicu hilangnya panas pada permukaan Bumi sehingga suhu menjadi dingin (radiactive cooling).

"Tutupan awan yang sedikit menyebabkan radiasi gelombang panjang dari Bumi yang tinggi sehingga permukaan kehilangan panas dan suhu jadi lebih dingin," papar Nurdeka.

Tak hanya itu, letak Dieng yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut juga menjadi penyebab munculnya "selimut es".

Apalagi, Dieng dikelilingi pegunungan dengan hamparan tumbuhan dan lembah.

"Kondisi vegetasi berupa tanaman pendek dapat melepaskan panas dari permukaan bumi. Keahadiran lembah juga bisa mengumpulkan udara dingin," jelasnya.

Bahaya Cuaca Dingin

Kehadiran embun es memang menarik kunjungan wisatawan.

Namun, di sisi lain, kata Nurdeka, juga bisa menimbulkan bahaya, baik bagi manusia maupun hewan ternak, serta tumbuhan.

Dia mengatakan, penurunan suhu drastis di Dieng hingga berada di angka minus, dapat memicu munculnya hipotermia.

Baca juga: Menikmati Matahari Terbenam dari Kebun Teh Kaki Gunung Pakuwaja Dieng, Cara Indah Mengakhiri Senja

Oleh karena itu, Nurdeka mengimbau masyarakat memakai pakaian tebal dan hangat, terutama di malam dan pagi hari.

Bagi masyarakat yang bertani, diharapkan melindungi tanaman menggunakan pelindung atau penutup plastik.

Masyarakat juga perlu memperhatikan ternaknya karena rentan teradap suhu dingin.

Apabila tidak diantisipasi, ternak berpotensi mengalami sakit. (Kompas.com/Chella Defa Anjelina)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suhu Udara Dingin di Dieng Hasilkan Embun Es, Sampai Kapan?".

Baca juga: PAN Beri Rekomendasi ke Ilyas-Tri Haryadi untuk Pilkada Karanganyar, Koalisi Bersama Bubar?

Baca juga: Pria Bercelurit Teror Perawat IGD RS Pantiwilasa Semarang. Setelah Ditangkap, Polisi Tak Bisa Proses

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved