Berita Banyumas
Apa yang Salah? Berbagai Program Digalakkan Tapi Mengapa Angka Stunting di Banyumas Justru Naik
Kondisi ini membuat terkejut karena dengan berbagai intervensi yang telah dilakukan kenapa terjadi peningkatan 4.3 persen.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
Pihaknya menegaskan berbagai upaya telah dilakukan.
Bahkan dirinya memastikan apa yang dilakukan Pemkab Banyumas sudah berbagai hal.
Termasuk adanya pendampingan OPD dan rumah sakit sejak 2022 serta langkah intervensi lainnya.
Baca juga: AFF U-16 di Solo Sukses, Erick Thohir Apresiasi Pj Gubernur Nana Sudjana
"Kita pencegahan sifatnya, ada kegiatannya remaja peduli stunting yang dikoordinasi oleh Duta Genre dan pendamping," katanya.
Angka naiknya stunting di Banyumas berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia mendapatkan banyak komplain dari kabupaten lain.
"Ternyata naik sehingga diberi kesempatan yang dilakukan Intak atau Interpretasi serentak 1 sampai 30 juni dan hasilnua 15.88 persen, jauh dari angka survey itu," jelasnya.
Menurutnya Intak ini juga harus dilakukan tiap bulan.
Pihaknya mengatakan banyak yang bilang stunting adalah karena kuramlng gizi tapi nyatanya karena pola asuh.
Berdasarkan hasil kajian tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) Kabupaten Banyumas kondisi anak gagal tumbuh bisa dilihat dari usia 0 sampai 6 bulan.
Tim AKS, dr. Agus Fitrianto mengatakan sangat penting asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan.
Jenis kelamin bayi yang terkena gagal tumbuh rata-rata adalah bayi perempuan atau 60 persen.
Baca juga: Pemprov Jateng dan Fujian Tiongkok Makin Romantis, Tingkatkan Kerjasama Berbagai Bidang
Dari angka 60 persen bayi yang gagal tumbuh itu seperempatnya berawal dari bayi-bayi yang lahir prematur.
Berdasarkan data yang dihimpun pemberian ASI Ekslusif oleh para ibu menyusui di Banyumas sudah mencapai 60 persen. (jti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.