Berita Jateng

Ternyata Ini Penyebab Banjir Besar di Jateng, Walhi Keluarkan 2 Rekomendasi

Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Jawa Tengah mengungkapkan kajian soal banjir besar yang terjadi di beberapa daerah di Jateng.

TRIBUNBANYUMAS/TITO ISNA UTAMA
Warga Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, menembus banjir untuk mengevakuasi barang berharga menggunakan rakit yang terbuat dari dipan atau tempat tidur kayu, Minggu (17/3/2024). Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi Jawa Tengah mengungkapkan kajian soal banjir besar yang terjadi di beberapa daerah di Jateng. 

Begitupun banjir yang terjadi di Jepara, Pati, dan Blora yang sangat dekat sekali dengan kawasan pegunungan Karst Kendeng.

Karst Kendeng telah berubah menjadi daerah pertambangan bahkan pabrik semen. 

Di daerah paling barat juga harus dilihat dari sisi perubahan hulu di Gunung Slamet yang menjadi industri pariwisata dan uji coba proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang  menyebabkan banjir di daerah Brebes, Tegal, Pemalang dan Pekalongan. 

Selanjutnya di Kota Semarang yang menjadi langganan bencana banjir bahkan pada tanggal 13 – 14 Maret bulan ini juga turut disebabkan oleh perubahan daerah hulu.

"Perubahan lanskap kawasan resapan air menjadi perumahan, tambang-tambang untuk menyuplai kebutuhan reklamasi pantai, PSN Bendungan dan jalan tol, serta industri juga menjadi satu penyebab yang sangat krusial," jelasnya.

Kebijakan Kontradiktif

Cholis mengatakan, berbagai bencana banjir besar yang terjadi tiap tahunnya tidak membuat pemerintah di Jawa Tengah segera mengambil langkah serius agar bencana yang meluas dan semakin tinggi ini tidak berulang. 

Justru, beberapa kebijakan yang dibuat kontradiktif dengan bencana banjir yang terjadi, salah satunya dalam draf Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023-2043 yang saat ini sedang dibahas. 

Dalam Raperda tersebut, diketahui bahwa kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (PTB) berkurang sebanyak 82.230 hektare (Ha), dari 107.286 Ha menjadi 25.056 Ha.

Kedua, Luasan kawasan konservasi dan cagar budaya berkurang seluas 19.093 Ha, dari 32.788 Ha menjadi 13.695 Ha.

"Pengurangan PTB, Kawasan Konservasi dan cagar budaya tersebut menunjukan bahwa sampai saat ini pemerintah belum melihat akar masalah banjir dan selalu menyalahkan curah hujan yang tinggi sebagai penyebab banjir," katanya. (*)

Baca juga: Banjir Jepara Mulai Surut, Dapur Umum Ditutup setelah Layani Buka Puasa Sore Ini

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved