Berita Cilacap

Sedang Dikembangkan di Cilacap, Dua Tanaman Ini Bisa Jadi Pengganti Batubara

dia mengklaim bahwa penggunaan kedua tanaman tersebut sebagai substansi batubara tidak akan merusak hutan. 

Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: khoirul muzaki
Pingky Anggraeni/Tribunbanyumas.com
Peneliti dari IPB University dan jajaran management PT PLN EPI saat mengecek demplot tanaman gamal dan kaliandra di Desa Kalijeruk, Kawunganten. Kamis (7/3). 

 TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Institut Pertanian Bogor (IPB) University dan PT. PLN Energi Primer Indonesia (EPI) mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan pengganti batubara untuk bahan bakar di PLTU Adipala, Cilacap.


Pengembangan biomassa di PLTU Adipala yang saat ini dirancang adalah dengan memanfaatkan tanaman jenis Gamal dan Kaliandra yang banyak tumbuh di wilayah Kabupaten Cilacap.


Dr Meika Syahbana Rusli, Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University menjelaskan, alasan pemilihan tanaman Gamal dan Kaliandra sebagai biomassa campuran batubara untuk bahan bakar PLTU karena mudah tumbuh dan bisa dipanen setiap tahunnya.


Selain itu, kandungan pada kedua tanaman ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori bahan bakar.


"Kedua tanaman ini cepat tumbuh dan cocok pada lahan yang kering.
Kemudian keduanya juga memiliki kelebihan untuk pengganti batubara karena kandungan kalorinya jika sudah cukup kering mencapai 4.000 kalori perkilogramnya," jelas Dr Meika kepada Tribunbanyumas.com Kamis (7/3).


Lebih lanjut dia mengklaim bahwa penggunaan kedua tanaman tersebut sebagai substansi batubara tidak akan merusak hutan. 


Pasalnya tanaman gamal dan kaliandra ini bisa dipanen setiap tahunnya, sehingga akan berkelanjutan tanpa menimbulkan penggundulan hutan seperti yang dikhawatirkan akhir-akhir ini.


"Ada yang menghawatirkan program cofiring ini adalah deforestasi, ketika batubara diganti tapi hutan hilang, kita tidak.
Paradigmanya kita tanam dulu, gamal itu sifatnya mudah tumbuh jadi panen setiap tahun, tumbuh lagi begitu berkelanjutan.
Kebutuhan biomassa bisa dicapai, emisi bisa diturunkan dan masyarakat punya penghasilan itu saya rancangkan programnya," ungkapnya.


Adapun untuk penelitian biomassa ini, IPB University telah melakukannya selama 2 tahun.


Mulai dari mengidentifikasi lahan hingga saat ini proses penandatanganan MoU bersama antara tiga BUMDes di 3 kecamatan dan PT Artha Daya Coalindo (anak perusahaan PT PLN Indonesia Power) dalam produksi biomassa kayu.

Baca juga: Gamal dan Kaliandra Opsi Pengganti Batubara, PLN EPI Kembangkan Tanaman di Cilacap


Dikatakan Dr Meika, pihaknya sudah membuat rancangan program yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat yakni menggunakan lahan masyarakat untuk ditanami dua jenis tanaman itu.


Pasalnya menurut dia ekosistem yang paling bagus untuk produksi biomassa itu adalah menggunakan ekosistem berbasis masyarakat.


Dia pun sudah menyiapkan sejumlah lahan di 3 kecamatan di Kabupaten Cilacap yang ditanami gamal dan kaliandra yakni kecamatan Kawunganten, Jeruklegi dan Kesugihan.


Pada kegiatan ini lahan yang digunakan merupakan lahan masyarakat dan dikelola oleh petani secara mandiri. 


Kemudian peran Bumdes adalah sebagai manajemen yang akan mengolah batang tanaman gamal dan kaliandra menjadi bentuk serbuk untuk selanjutnya dijual kepada PT Artha Daya Coalindo selaku pembeli dan pemasok biomassa yang dihasilkan ke PLTU Adipala.


"Kita sudah siapkan disini 3 kecamatan sebagai pilot project, kita libatkan ada 9 desa dan 16 Kelompok Tani Hutan dan 3 Bumdes yang akan memanajemen," kata dia.


Terkait kebutuhan biomassa Dr Meika mengatakan bahwa kebutuhan energi ramah lingkungan atau biomassa begitu besar dan setiap tahunnya akan terus meningkat.


"Ada kebutuhan yang sangat besar dari biomassa kayu ini dan meningkat dari tahun ke tahun. Kalau ditanya pasar, kepastiannya jelas, karena kebutuhan dari PLTU untuk mensubstitusi batubara," katanya.


Sementara itu Odi Sefriadi selaku Manajer Pengembangan Bisnis, Teknologi, dan Pemasaran Biomassa PT PLN EPI mengatakan bahwa  saat ini kebutuhan pasokan biomassa PLTU Adipala lebih dari 5.000 ton per bulan.


Sedangkan untuk penggunaan campuran biomassa saat ini maksimal baru mencapai 3 persen dan selebihnya 97 persennya berupa batu bara.


Odi mengatakan, pihaknya masih terus berusaha mengembangkan biomassa tersebut dengan terus menggalakkan penanaman.


Sehingga presentase penggunaan biomassa kedepannya bisa terus meningkat.


"Kita terus lakukan kajian dan penelitian untuk peningkatan prosentase cofiring itu. 
Di PLTU Adipala penggunaan biomassa baru 3 persen dan kita saat ini pakai biomassa gergaji kayu," jelasnya. (pnk)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved