Berita Jateng

Aktivis Lingkungan Ungkap Kelemahan Andal Proyek Tol Semarang-Demak: Justru Perparah Amblesan Tanah

Aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Maleh Dadi Segoro menilai ada 6 kelamahan analisis dampak lingkungan hidup proyek tol Semarang-Demak.

|
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
Pengerjaan tanggul laut sekaligus Tol Semarang-Demak seksi 1 di pesisir Pantai Trimulyo, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Sabtu (29/7/2023). Pembangunan tanggul laut ini tak hanya membabat hutan mangrove tetapi juga merugikan nelayan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Maleh Dadi Segoro (MDS) menilai, ada enam kelemahan analisis dampak lingkungan hidup (Andal) yang dikeluarkan dalam pembangunan proyek tol dan tanggul laut Semarang-Demak (TTLSD).

Mereka menilai, proyek yang disebut sebagai miniatur rencana mega proyek giant sea wall atau tanggul laut raksasa itu justru dapat memperparah penurunan muka tanah di wilayah Kota Semarang.

Hal ini diungkap anggota Koalisi Maleh Dadi Segoro, Iqbal Alghofani, dalam keterangannya, Rabu (17/1/2024).

Iqbal menjelaskan, dokumen Andal yang dimaksud berupa Rencana Usaha dan/atau Pengintegrasian Pembangunan Tanggul Laut Kota Semarang dengan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak yang disahkan pada Maret 2018.

Baca juga: Proyek Tanggul Laut dan Tol Semarang-Demak Babat Mangrove di Trimulyo Semarang, Nelayan Mengeluh

Andal itu menjadi satu di antara dasar dikeluarkannya Izin Lingkungan Nomor 660.1/32 Tahun 2018 oleh Gubernur Jawa Tengah tentang Rencana Kegiatan Pengintegrasian Pembangunan Tanggul Laut Kota Semarang dengan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Provinsi Jawa Tengah.

"Kami sudah pernah membedah Andal tersebut pada tahun 2019. Setidaknya, kami mengidentifikasi enam kelemahan Andal Proyek TTLSD," kata Iqbal.

Enam kelemahan Andal yang pertama, terkait analisis dalam Andal yang dinilai sempit untuk proyek sebesar TTLSD.

Kedua, tidak ada konsultasi publik yang melibatkan kelompok kritis.

Ketiga, kurang mendalam mendiskusikan potensi perubahan arus laut, amblesan tanah, dan kesejarahan banjir rob di Semarang.

Dalam hal potensi perubahan arus laut, Andal TTLSD mengidentifikasi bahwa perubahan arus laut hanya terjadi pada tahap konstruksi dan itupun sifatnya hipotetik.

Sedangkan soal penurunan muka tanah, Andal gagal melihat pembebanan sebagai salah satu penyebab dominan amblesnya muka tanah.

Oleh karena itu, dokumen itu tidak bisa melihat bahwa justru pembangunan TTLSD akan mengkonsentrasikan aktivitas di bagian utara, menambah beban, dan dengan itu justru akan memperparah amblesan tanah.

"Logika di balik agenda penutupan sungai yang ada dalam Andal TTLSD adalah agar banjir rob tidak masuk lewat sungai-sungai."

"Dalam hal kesejarahan banjir rob, Andal TTLSD tidak mengantisipasi masuknya banjir rob melalui sungai-sungai yang tidak ditutup," tuturnya.

Baca juga: Pembangunan Dipercepat, Tol Semarang-Demak Akan Berfungsi Jadi Tanggul Laut

Kemudian, kelemahan keempat, Andal mengedepankan proyek TTLSD akan meningkatkan kesempatan kerja tapi tidak membahas potensi warga yang akan kehilangan pekerjaan akibat TTLSD karena rusaknya hutan bakau.

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved