Berita Jateng

Penurunan Muka Tanah Paling Cepat, Semarang Bisa Sirna Jika tak Ada Pencegahan

Pemerintah Kota Semarang harus tegas dalam memberlakukan aturan pembatasan pengambilan air tanah.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: khoirul muzaki
Ist
PDAM Tirta Moedal Gelar Dialog Interaktif, Rabu (9/11/2023). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Penurunan permukaan tanah di Kota Semarang menjadi yang paling cepat di Indonesia.

 

Pemerintah Kota Semarang harus tegas dalam memberlakukan aturan pembatasan pengambilan air tanah.


Pasalnya, penurunan permukaan tanah diakibatkan oleh berkurangnya air tanah yang diambil secara terus menerus.


Guru besar Teknik Sipil Undip, Profesor Dr Ir Suripin, mengatakan pencegahan penurunan muka tanah secara universal mencakup pemulihan atau peningkatan pengisian ulang air tanah.


"Kalau belum bisa seimbang antara yang diambil dengan yang diisi, maka penurunan muka tanah akan terus berlanjut," ujarnya, Rabu (8/11/2023).

Baca juga: Tarif Terbaru Tol Pemalang- Batang, Berlaku Mulai 12 November 2023


Menurut Prof Suripin kondisi tersebut dapat berhenti jika ada keseimbangan antara yang diambil dengan yang diisi.


Artinya, meresapkan air ke dalam tanah atau air tanah harus diisi.


Bagi Prof Suripin, larangan terkait tidak boleh mengambil air tanah merupakan hal yang tidak mudah.


Sebab, lanjut Prof Suripin banyak masyarakat yang mengambil air tanah di Kota Semarang.


“Fenomena ini sulit untuk benar-benar dihentikan, paling tidak kita harus menunggu hingga PDAM siap dalam lima hingga 10 tahun,” tambahnya.


Di lain pihak, Sekda Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan, pembahasan terkait penanganan penurunan muka tanah dan lingkungan hidup perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti akademisi, ESDM Provinsi Jawa Tengah, PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang dan yang lain.


Menurut Iswar, lingkungan hidup merupakan hal yang perlu dilindungi.


Di sisi lain, permasalahan lingkungan hidup perlu mendapat perhatian lebih.

Baca juga: Naturalisasi Belum Rampung, Nathan dan Jay Idzes Terancam Tak Bisa Perkuat Timnas di Piala Asia 2023


“Menurut data, 100 tahun ke depan kalau kita tidak berbuat apa-apa untuk Kota Semarang maka kawasan ini tidak akan ada lagi,” jelasnya.


Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga lingkungan hidup, setidaknya dengan memberikan edukasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang baik di wilayah masing-masing.


Terutama pengusaha hotel dan mal yang berpotensi menggunakan air tanah secara besar-besaran.


"Rusak parah kalau dibiarkan (penggunaan air bawah tanah)," pungkas Iswar.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved