Berita Bisnis

Cerita Sedih Pedagang dengan 15 Karyawan Usai Tiktok Shop Resmi Ditutup

Penutupan TikTok Shop di satu sisi dianggap tepat karena dinilai dapat mengurangi persaingan tidak sehat.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMS/BDI SUSANTO
Aplikasi Tiktok. 


"Kebetulan saya tidak jualan secara offline, semua melalui digital. Ketika TikTok Shop ditutup, kedepan ya paling saya memanfaatkan e-commerce lain yang fiturnya hampir sama dengan TikTok," ujarnya.


Tutupnya TikTok Shop ini juga cukup menimbulkan dilema bagi Ulil Albab (29), pelaku usaha asal Jepara, Jawa Tengah.

Ia yang kini memiliki 15 karyawan untuk membantu produksi hingga pemasaran baju adat Melayu itu semula berencana untuk menambah karyawan karena ramainya penjualan.

Baca juga: Kandang Persijap Jepara akan Direnovasi, Desain Baru Stadion Gelora Bumi Kartini Rampung Dibuat PUPR


Ia kini mengurungkan niat itu karena situasi yang belum menentu.


"Saya mulai usaha sudah sejak tahun 2016, awalnya jualan pasar pagi di Semarang. Lalu 2017 mulai masuk jualan secara digital sampai sekarang. Hampir semua platform saya gabung dan terakhir tiga bulanan ini mulai dagang di TikTok Shop. Istilahnya awalnya 'icip-icip', lumayan. 'sudah mandi, malah ini harus mentas'.


Awalnya saya mau tambah karyawan lagi karena TikTok sedang ramai. Tapi ini saya tunda dahulu, karena situasinya sedang begini," kata Ulil.

 

Ulil bilang berdagang di TikTok Shop, sebenarnya hasilnya lumayan. Selama tiga bulan berjualan, satu bulan terakhir ia mampu menggaji seluruh karyawannya hanya dari penghasilan di platform tersebut

Ia mengatakan, kontribusi TikTok Shop terhadap pendapatannya sendiri presentasenya mencapai 10-20 persen. Ia cukup menyayangkan adanya penutupan TikTok Shop, sebab mengurangi potensi pendapatan usahanya.


"Bagaimana pun saya jualan baju-baju Melayu, customer rata-rata di dekat Malaysia seperti di Batam. Kemudian ada juga dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Sedangkan kami produksi di Jepara, kalau tidak dijual secara online susah," kata Ulil. 


"Kami harap regulasi mengenai masuknya barang-barang diperketat saja, biar kami pelaku UMKM ini tidak melulu kalah saing," ujarnya.


Demikian pula diakui Syafiun Najib (26), pelaku usaha dekorasi ruangan asal Pati, Jawa Tengah.


Najib mengatakan, penutupan TikTok Shop berpotensi mengurangi pendapatannya.

Baca juga: Siasat Pedagang di Kudus Oplos Beras Premium dengan Medium Untuk Tekan Harga


"Penutupan TikTok Shop ini tidak berdampak ke usaha saya. Hanya disayangkan saja, bisa kehilangan potensi omzet yang biasa saya dapatkan dari Tiktok Shop. Apalagi satu minggu terakhir ini ada kenaikan (penjualan) yang lumayan.


Tapi penutupan ini lebih tepat, karena banyak sekali barang impor. Harapan saya, barang-barang impor ini ditertibkan dan ada regulasi khusus agar persaingan usaha menjadi lebih sehat," tambahnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved