Berita Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem Bisa Picu Penyakit Ini, Berikut Cara Pencegahannya

Cuaca panas ekstrim yang tengah melanda menyebabkan risiko dehidrasi tinggi

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: khoirul muzaki
Eka Fajlin/Tribun Jateng
Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Cuaca panas ekstrim yang tengah melanda menyebabkan risiko dehidrasi tinggi.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang menyarankan menambah konsumsi air mineral.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, rata-rata suhu di ibu kota Jawa Tengah saat ini 36 - 38 derajat celcius. Ini berisiko dehidrasi tinggi. Guna meminimalisir dehidrasi, dia menyarankan menambah konsumsi air mineral. 


"Orang normal (konsumsi) dua liter. Kondisi panas ditambah setengah atau satu liter sesuai kondisk kegiatan di luar," terang Hakam, Senin (2/10/2023). 


Hakam juga menyarankan untuk menunda diet. Pasalnya, kondisi panas ekstrim menuntut tubuh terus diisi dengan makan secara teratur.

Bahkan, jika perlu bisa menambah konsumsi vitamin yang bisa membantu kekebalan tubuh naik misalnya vitamin C, Vitamin B dan B Kompleks. 


"Tidak usah diet dulu. Hindari stress," ujarnya. 


Lebih lanjut, Hakam memaparkan, dehidrasi tinggi bisa menyebabkan seseorang hilang konsentrasi.

Orang yang tidak merehidrasi dengan cairan normal berisiko ke arah diabetes. Misalnya, minum dengan kadar gula tinggi saat mengalami dehidrasi sangat berisiko mengidap diabetes. 


"Orang-orang yang dehidrasi, kalau basiknya memiliki penyakit diabetes, jangan asal minum. Biasanya, pokoknya dingin tapi ternyata di dalamnya kadar gula tinggi. Ini berisiko kegawatan orang diabetes," paparnya. 


Selain bahaya risiko diabetes, Hakam menyebut, kewaspadaan dini terhadap cuaca panas di Semarang adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan diare.


ISPA bisa menjadi infeksi paru-paru atau pneumonia jika tidak ditangani dengan baik. Sedangkan, diare disebabkan karena ketersediaan air bersih yang menipis.

Selain itu pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme dalam air yang dikonsumsi manusia itu juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penderita diare.


Dia menyebut, kondisi panas memunculkan polutan-polutan berbahaya yang diteliti setiap bulan seperti Co2, Nitrogen Dioksida, debu-debu Particulary Matter (PM) 10 dan PM 2,5.


“Nah PM 10 dan 2,5 ini yang di 16 kecamatan kondisinya itu di level sedang dan merah. Nah debu-debu PM 10 dan 2,5 itu kalau memapar kita manusia bisa menyebabkan radang di tenggorokan. Kalau masuk di saluran mata jadi keruh," terangnya. (eyf)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved