Berita Jateng
Petani Kudus Wadul ke DPR, Terungkap Alasan Pupuk Sulit Didapat
Sejumlah petani di Kabupaten Kudus mengeluhkan sulitnya mencari pupuk untuk tanaman pertanian mereka.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS – Sejumlah petani di Kabupaten Kudus mengeluhkan sulitnya mencari pupuk untuk tanaman pertanian mereka.
Keluhan tersebut dialamatkan langsung kepada rombongan anggota DPR RI Komisi IV saat kunjungan di Desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo, Kudus, Selasa (26/9/2023).
Di antara petani yang kesulitan mencari pupuk adalah Muslimin. Menurutnya, selaku petani dia kesulitan saat butuh pupuk. Padahal pupuk merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi petani agar tanaman mereka subur dan hasil panen melimpah.
“Kami rasa sebagai petani kehadiran pemerintah bisa mengayomi kami,” kata Muslimin.
Selain itu, katanya, selain kekeringan persoalan klasik yang dihadapi sejumlah petani di Kudus adalah saat musim hujan.
Baca juga: Gilbert Agius Bicara Kekurangan PSIS Jelang Lawan PSM Makassar
Banjir acap kali menenggelamkan tanaman mereka. Kontan mereka merugi karena hasil panen tidak maksimal atau sama sekali tidak panen.
Mendapati adanya masalah tersebut, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mengatakan, kesulitan yang dialami oleh para petani saat mencari pupuk karena memang pupuknya kurang. Menurut dia, alokasi permintaan seluruh Indonesia yaitu sebesar 24 juta ton. Pemerintah hanya mampu memenuhi jauh di bawahnya.
“Pemerintah hanya mampu memenuhi 9 juta ton turun jadi 7 juta ton, malah tahun ini 6 juta ton tahun depan akan menurun lagi,” kata Sudin.
Baca juga: Profil Bergas C Penanggungan Pj Bupati Kudus, Menguasai Isu Kebencanaan
Untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan petani dalam mencari pupuk, dia mengusulkan adanya stok kesiapan pupuk nonsubsidi. Di antaranya dengan usulan penyiapan seribu kios penjual pupuk nonsubsidi. Kemudian tahun depan pihaknya mengusulkan adanya tambahan kios pupuk sebanyak 1.500 kios.
“Jadi petani yang tidak dapat bantuan pupuk subsidi mau cari nonsubsidi dapat,” kata dia.
Keluhan atas terjadinya banjir yang acap kali merugikan petani, pihaknya mengusulkan adanya penampung air atau embung. Embung tersebut bisa dibuat dengan skema modern menggunakan terpal yang tahan sampai 20 tahun.
Kemudian untuk mengantisipasi terjadinya kerugian saat tanaman terendam banjir, Sudin mendorong agar para petani ikut serta program asuransi pertanian. Sebab premi yang harus dibayarkan terbilang murah. Kata Sudin, dalam sekali masa tanam hanya Rp 36 ribu.
“Masalah asuransi pertanian kurangnya kesadaran petani ikut asuransi pertanian, bayarnya murah Rp 36 ribu satu masa tanam. Kalau terjadi puso gagal panen dapat Rp 6 juta,” katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.