Berita Pati

Hampir 11 Ribu Balita di Pati Terkena ISPA, Kenali Gejala ISPA yang Harus Diwaspadai

Sebanyak 10.959 anak balita di Pati menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Januari-Juli 2023. Kenali gejala ISPA yang harus diwaspadai.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rika irawati
Metro UK via Tribunnews.com
ILUSTRASI anak sakit. Sebanyak 10.959 anak berusia di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Pati menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Januari-Juli 2023. 

Ada pula penyebab internal atau dari dalam, yakni perilaku hidup yang tidak bersih dan sehat.

"PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) yang buruk juga bisa jadi penyebab. Misalnya anak balita main di luar, kena debu. Lalu mereka makan tanpa cuci tangan dulu," ungkap dia.

Baca juga: 4 Kendaraan Tabrakan Beruntun di Jalan Pantura Kudus-Pati, Sopir Pikap Dilarikan ke Rumah Sakit

Kondisi imunitas anak juga jadi faktor penentu tingkat keparahan ISPA.

Menurut Syamsul, semua kategori usia bisa terkena ISPA. Namun, pada bayi atau balita, tingkat keparahannya cenderung lebih tinggi karena imunitasnya belum sempurna.

Syamsul mengatakan, ISPA perlu diwaspadai terutama jika sudah terkategori pneumonia atau pneumonia berat. Sebab, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.

Dia berharap, masyarakat tidak menganggap remeh ISPA. Terlebih, penderita ISPA pneumonia berat punya risiko kematian tinggi.

"Apalagi penularannya mudah. Lewat udara masuk ke pernapasan, mirip Covid-19," tutur dia.

Kalau ada satu saja balita meninggal akibat ISPA di suatu daerah, kata Syamsul, akan ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Syamsul menegaskan, pneumonia bisa disembuhkan asal penanganannya tepat. Dalam hal ini, orangtua harus peka melihat gejala sakit pada anak.

"Ketika ada gejala, segera bawa ke faskes (fasilitas kesehatan) terdekat, bisa puskesmas atau klinik, agar penanganannya tepat," kata dia.

Ciri-ciri awal ISPA, kata Syamsul, di antaranya batuk, flu, dan demam.

Baca juga: Mantan Bupati Pati 2 Periode Haryanto Maju Caleg DPR RI Lewat PDIP

Kalau batuk berlangsung lama, kira-kira 2 pekan tidak kunjung sembuh, anak harus langsung diobati di Puskesmas atau faskes terdekat.

"Kalau sekadar batuk ringan, bukan pneumonia, pengobatannya simpel, bisa pakai pereda batuk biasa atau pelega tenggorokan," tutur dia.

Jika anak menunjukkan ciri tambahan, yakni bernapas cepat lebih dari 50 kali per menit (usia kurang dari 12 bulan) atau lebih dari 40 kali per menit (usia 12 sampai 59 bulan), maka orang tua harus lebih waspada. Sebab ini merupakan ciri pneumonia.

"Kalau sudah seperti ini, harus segera dibawa ke faskes dan wajib diberi antibiotik," tegas Syamsul.

Halaman
123
Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved