Berita Banyumas
Cerita Veteran Arsawiradi Karim, Hancurkan Jembatan untuk Cegah Serdadu Belanda Lewat
Pria kelahiran 1921, asal Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Banyumas yang kini memasuki usia 102 tahun.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: khoirul muzaki
Saya bersembunyi di bawah jembatan, seharian tidak makan nasi.
Saya bawa bom besar-besar kemudian digotong delapan orang," terangnya.
Dalam mengecoh tentara Belanda, Arsa melakukan strategi dengan membuat jejak-jejak kaki palsu seakan telah dilalui oleh warga pribumi.
Dia bercerita penjajahan paling menyiksa adalah oleh Belanda.
Tetapi di masa Jepang dia juga kesulitan dalam hal makanan.
Masa Jepang datang, makan susah, hewan-hewan tidak bisa minum, membuat Sumur harus ditutup karena banyak abu.
Baca juga: Pria di Banyumas Dibacok Tiga Orang Tak Dikenal, Pelaku Bawa Celurit dan Golok
Karena menjamani penjajahan Jepang, dia sampai saat ini bahkan masih hafal bagaimana baris berbaris menggunakan bahasa Jepang.
Lagu kebangsaan Jepang juga hafal.
"Dulu masih belum aspal, lalu bikin jejak-jejak supaya tentara belanda ke arah lain.
Supaya temannya tidak ditangkap belanda," katanya.
Pada saat itu dia pernah terkena peluru di bagian kaki, untungnya tidak sampai tembus tapi cukup membuat panas dan bekas.
Mbah Arsa dulunya buta huruf, dengan kesibukan adalah menderes kelapa dengan bayaran satu kilo beras.
Baca juga: Karnaval Pembangunan Bakal Meriahkan Peringatan HUT Ke-78 RI di Cilacap, Catat Tanggalnya!
Dia sendiri rampung berjuang usai Belanda kembali dan selesai peristiwa Agresi Militer.
Mbah Arsawiradi mempunyai 2 orang istri dan delapak anak delapan.
Yang salah satu anaknya saat ini sudah bekerja di RS Tentara Jakarta.
Dia sampai saat ini hanya mengandalkan gaji sebagai veteran, yang diantar oleh Post.
Ia bercerita ada pantangan dalam menjaga pola makan yaitu tidak makan Ayam, Kambing, namun secara umum tidak ada yang dihindari. (jti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.